Suasana rumah eyang Sean terasa ramai dan ceria. Sejak hari terang hingga petang, semuanya berkumpul di ruang keluarga yang besar untuk memperhatikan tingkah si kecil Aya.
Seperti biasa, Sean meninabobokan si kecil Aya sampai si kecil benar-benar lelap. Dan jika sudah sepi seperti ini, barulah Sean dapat bicara leluasa dengan Gita.
"Udah mau cerita? Biar hati kamu enakan," ucap Sean dengan nada tenang.
"Apa lagi yang mau di ceritain, Kak? Rasa sedih itu bukannya sengaja teringat. Dan kalau udah dalam suasana hati yang tenang kayak gini, terus harus nyoba ingat lagi, rasanya lebih sesak, Kak. Jadi aku nggak mau ingat,"
"Lagipun, ada kamu. Apa gunanya aku yang nyoba sayang sama kamu tapi malah terus ingat kenangan? Biarkan ingatan itu datang dengan sendirinya tanpa dipancing, Kak. Dan kalau hal itu datang, tolong jadilah pegangan aku, sandaran aku saat aku terpuruk kayak tadi,"
Ucap Gita dengan senyuman miris saat berucap pada Sean.