Gita langsung memeluk puterinya dengan erat. Seakan membagi kegelisahan hatinya yang sejak tadi membuatnya khilaf.
"Bunda lama banget? Aya lapel, Bunda!" aduh si kecil pada sang bunda.
"Iya, bunda minta maaf, ya, Sayang. Sebentar lagi kita pulang dan cari makanan. Tapi tunggu sebentar lagi, ya. Bunda masih punya urusan. Kamu bisa tunggu bunda di sini, tapi kamu nggak boleh dengar apa yang orang tua bahas di sini, ya? Bisa?" jawab Gita sembari bernegosiasi dengan anaknya.
Si kecil menganggukkan kepala untuk menuruti ucapan sang bunda.
Lalu Gita dan Sean mendekat setelah mendudukkan Aya di sofa di sisi lain ruangan tersebut. Dengan menutup telinga Aya dengan earphone yang disambungkan dengan ponselnya. Dengan tenang Aya menikmati permainan game dengan karakter panda lucu di dalamnya.
"Sebenarnya masalah apa yang terjadi sama Gita, Pak? Kenapa Gita harus ke sini? Dan kenapa wajah Gita memar gitu, Pak?" Sean terus bertanya.