Gita pulang ke kota asalnya dengan perasaan berat. Ingin sekali rasanya berteriak sekuatnya saat matanya melihat dari kejauhan sosok Barra yang berulang kali menyeka air mata saat memandangnya.
Air mata Gita juga tidak terbendung. Tapi, ketegaran Gita amat diperlukan saat ini. Gita tidak ingin kalah pada kesakitan akibat perpisahan yang hanya sementara.
Menjalani hari demi hari dengan ikhlas dan bahagia adalah satu satunya cara menikmati perbedaan jarak yang menunggu waktu kian mendekat.
Gita tiba di rumah dengan selamat. Tidak hanya ibu dan saudaranya saja yang menyambut kepulangan Gita dengan senang. Para sahabat Gitapun ikut mendatangi rumahnya untuk menanyakan kabar dan juga pengalaman selama berlibur di sana.
Dengan senang hati, Gita menceritakan apa saja kegiatan menarik yang ia lakukan bersama Barra di sana, tentu saja tanpa bercerita tentang kemesraan yang setiap malam dan subuh dilakukannya bersama Barra.