Alina duduk di tepi kasurnya dengan menatap ke luar jendela menatap langit malam, jujur saja berat untuk meninggalkan negara ini karena negara ini memiliki kenangan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Moment terindah pertama adalah, ketika ia bertemu dengan orang yang sangat mirip dengan Alena, ia akrab satu sama lain, dan enggak taunya Nayara adalah Alena.
Moment kedua adalah ia menjadi dekat dengan kakaknya, Kevan. Yang awalnya Kevan hanya berbicara singkat, sekarang ia lebih perhatian kepadanya.
Moment terakhir, ia tau fakta yang selama ini tak pernah ia duga. Saudara kembar yang selama ini ia jahati, baik kepadanya. Dan setelah kepergiannya, ia terpuruk. Tapi setelah mengetahui satu fakta, kenapa dia harus marah pada saudara kembarnya? Dan menyebabkan ia lupa ingatan.
Andai waktu bisa berputar kembali. Alina tak akan marah, justru ia berlari dan memeluknya dengan erat. Sehingga kejadian seperti ini tak akan pernah terjadi.
Tok … tok … tok…