Hampir dua jam perjalanan ketika pesawat kecil itu tiba dibandara kota JP. Rasa pegal dan kaku karena gips dikaki dan tangannya begitu mengganggu, nasib baik pihak perusahaan mengirim orang menjemputnya.
Hanya butuh lima belas menit waktu tempuh dari bandara kelokasi tempat tinggal yang disediakan perusahaan. Orang yang mengantarnya mempersilahkan dirinya masuk dan lalu berkata " Ibu silahkan istirahat saja hari ini, besok pagi saya akan jemput dan antar ibu ke kantor " pria muda itu sedikit membungkuk memberi hormat lalu pergi.
Dien Diera melihat sekelilinya, rumah itu memiliki dua kamar tidur ukuran sedang, satu kamar mandi, dapur dan satu ruangan besar yang terdapat meja makan di sudut sana lau terdapat sofa mungil dan televisi didepan sini. Kecil tapi cukup buat dirinya sendiri. Masuk kekamarnya Mindy merasa puas, kamar itu bersih, dengan sprei yang terlihat masih baru.
Berbaring ditempat tidur itu Mindy langsung teringat rumahnya, suaminya. Sedang apa pria itu sekarang? dia rindu..."..."
Aryandra masih tetap pada posisi yang sama setelah beberapa jam berlalu, semua yang dihubunginya tak tahu kemana istrinya pergi. Bahkan ibu panti asuhan mereka pun tak tahu kemana Mindy pergi. Apa istrinya memiliki teman yang tidak dia kenal? Aryandra bertanya-tanya, otaknya berpikir keras siapa lagi yang belum dan harus dia hubungi.
Dia kira istrinya mendapat pekerjaan diluar kota dari kantornya tapi setelah dia menelpon tadi pihak kantor mengatakan kalau Mindy telah mengundurkan diri kurang lebih dua minggu yang lalu, dia mempercepat mengakhiri kontrak kerja dengan alasan kondisi kesehatannya dan menolak memperpanjang kontrak kerja.
Rasa bersalah langsung menghampiri diri Aryandra, betapa tak perhatiannya dia, sampai-sampai tak tahu apa yang dilakukan istrinya. Kemana dia harus mencari Mindy.
Dia tak pernah berpikir akan kahilangan Mindy.
Dia tak pernah ikut campur dalam urusan Mindy karena wanita itu selalu mandiri.
Dia tak pernah datang mencari Mindy karena wanita itu pasti yang akan datang mencarinya.
Mindy akan selalu ada ditempat yang sama seumur hidup Aryandra, disisi Aryandra.
Sekarang wanita itu pergi, pergi dari sisi Aryandra, meninggalkan tempat yang telah bertahun-tahun di isinya.
Dia takut dan kini sangat merindukan istrinya. Sangat, sangat rindu! Air matanya yang tertahan dari tadi kini mulai jatuh.
Mindy masih berbaring ditempat tidurnya. Perasaannya gelisah hingga dia tak bisa memejamkan mata. Dadanya terasa sakit seperti ada yang meremas jantungnya, rasanya sungguh sulit bernapas.
Mindy ingin menjerit tapi suaranya hanya sampai ditenggorokan saja, tak pernah seumur hidupnya dia merasakan hal seperti ini. Ingatannya langsung tertuju kepada suaminya, wajah suaminya terlihat seperti nyata ada dihadapannya. Tangis Mindy langsung pecah, tangis yang berminggu-minggu ini selalu dia tahan. Ketika dia menangis barulah suaranya terdengar, isak tangisnya semakin lama terdengar keras.
"Aku juga rindu Yan" pekiknya.