Mindy akhirnya tertidur karena merasa lelah, lelah karena menangis. Dalam tidurnya dia memimpikan Aryandra, suaminya sedang terududuk dilantai, bersandar pada tempat tidur, tampak seperti baru habis menangis. Dia ingin memeluk pria itu tapi tangannya tak bisa menggapainya, pria itu ada di depan matanya tapi tak bisa diraihnya, sehingga Mindy berulang kali nemanggil nama pria itu, tapi pria itu tetap saja tak melihat dirinya.
Aryandra masih dalam posisi yang sama setelah berjam-jam berlalu, tanpa suara, tanpa gerak, hanya air mata yang tak mau berhenti mengalir. Dunianya telah berhenti, dia benar-benar sendirian saat ini.
Mindy bangun dengan lingkaran hitam disekitar matanya, dia merasa tak tidur disaat dia tertidur. Gambaran yang susah dikatakan. Dia duduk diteras menunggu jemputannya dengan pikiran ruwet dikepalanya, ketika pria yang kemarin datang menjemputnya, tanpa banyak bicara Mindy langsung masuk kemobil, dan diam sepanjang perjalanan. Letak kantor dari perusahaan dia bekerja cukup jauh dari rumahnya, tapi karena disini bukan kota besar jadi jalanan cukup lancar hanya kurang lebih sekitar dua puluh menit.
" Selamat pagi, silahkan duduk " Sapa seseorang ketika Mindy masuk keruangan itu.
"Terima kasih" jawab Mindy sembari memberi sedikit hormat kepada pria yang berdiri didepannya. Pria berwajah tampan disekitar umur tiga puluhan.
" Saya Fazwan Mirja, branch manager disini" Pria itu memperkenalkan diri. Senyuman diwajahnya sungguh berkilau.
"Saya Mindy " jawab Mindy singkat.
"Apakah sudah bisa bekerja?" tanya pria itu, dengan mata menunjuk ke arah kaki Mindy yang masih di gips.
" Bisa Pak, asalkan tidak banyak melakukan gerakan, saya rasa tidak akan ada masalah" jawab Mindy .
" Baiklah, saya akan menyuruh orang untuk mengatur semua keperluan kamu" pria didepannya mengangguk.
"Terima kasih Pak" Mindy mengangguk setuju.
Mereka lalu membicarakan tentang pekerjaan Mindy, pria yang bernama Fazwan Mirja itu menjelaskan situasi perusahaan saat ini, sebagai perusahaan yang bergerak dalam penyedia layanan security jaringan, mereka ingin keamanan para klien mereka tak akan mudah dibobol.
Fazwan pernah mendengar tentang Mindy dari seorang koleganya, Mindy telah sangat bersinar semenjak masa kuliahnya. Fazwan sangat tertarik mendengar informasi tentang Mindy, dia tak pernah menyangka jika wanita yang masa kuliahnya di panggil iblis wanita karena tak terkalahkan sebagai programmer atau juga sebagai hacker itu ternyata wanita yang cukup menarik. Matanya coklatnya sangat jernih, tak ada yang berlebihan diwajah wanita itu, tapi semuanya terlihat sempurna.
Setelah berbincang-bincang, Fazwan menunjukkan Mindy dimana ruangannya.
" Saya akan mengenalkan kamu dengan direktur yang lainnya saat makan siang. Tunggu dimeja resepsionis, kita akan pergi bersama." terang pria itu.
" Baik Pak" Mindy hanya mengangguk dan memberi senyuman terima kasih.
Ruangan itu sepi ketika pria itu telah melangkah pergi. Mindy mengeluarkan beberapa barang yang dibawanya. Menata meja kerjanya, lalu meletakkan sebuah photo dengan bingkai kayu, wajah tersenyum orang yang ada dalam photo itu seperti mengatakan kerinduan yang sangat. "Aku juga rindu, sangat rindu" ungkapnya pelan sambil mengusap lembut wajah yang ada dalam photo itu.
Aryandra kini hanya berbaring ditempat tidur, memeluk baju istrinya, menarik napas dalam-dalam, mencoba meresap semua aroma istrinya yang tertinggal dalam kamar ini. Suara ponsel yang berbunyi, tak digubrisnya. Dia hanya ingin tertidur tenang, dan ketika dia terjaga, Mindy ada disisinya.
Ini semua hanya mimpi bukan?