Bayang-bayangku tak akan pernah lepas dari diriku, dan itu nyata selama manusia masih hidup. Dan sekarang yang ku pikirkan hanyalah masa depan yang entah seperti apa. Waktu tak akan bisa di hentikan dan tak tahu akan berakhir. Semakin lama rasa pesimisku semakin parah, diriku bahkan takut bercermin karena bayangan diriku yang sebenarnya ada di sana.
Minggu ini sungguh membosankan, aku hanya berdiam di kamarku dan mengerjakan tugas sekolah yang sudah menumpuk. Biasanya tugas-tugas kukerjakan bersama Onik, dia temanku yang paling akrab, tapi hari ini dia marah soal masalah pengumpulan tugas kemarin, padahal tak ada sangkut pautnya denganku, dia sewot duluan jadinya aku ikut-ikutan sewot dah. Diriku emang bodoh gampang sekali emosi.
"Taraaa....kamu ngapain aja di kamar! Dari pagi ndak keluar...." Tiba-tiba bapak memanggilku dengan suara agak kesal. "Nduk...nduuuk.....!" Bapak memanggilku sekali lagi sambil mengetuk pintu keras-keras. Sontak aku kaget dan langsung loncat dari kasur untuk membuka pintu kamar. "Ada apa?lha..kok bapak rapi banget, mau kemana pak?"aku bertanya seolah tak tahu apa-apa. "Wis, Ayo cepet ganti, jo lali bawa baju ganti. Mau ke rumah Simbahmu di Jogja." Perintah bapak sambil lalu.
"Hah, Simbah Jogja, asyiik...tapi sekolahnya gimana pak?"
"Bapak sudah buat surat izin selama dua hari, tadi udah tak kasih ke teman kamu itu."
" Hah..Onik ya?, tapikan...!" lalu aku diam. "Tapi udah ah... paling ntar Onik marahnya gak lama." Pikirku tak peduli.