Aurel berjalan ke belakang halaman, membawa kertas sobekan dan tas nya di tangan. Aurel menghapus air matanya perlahan-lahan, mencoba untuk tetap tegar dan baik baik saja. Namun tidak bisa.. tangis Aurel semakin kencang dan hal itu membuat dirinya sendiri semakin sakit. Sakit karena satu satunya surat untuk dirinya menuju impian-impian itu harus kandas..
Bagaimana ini? apa yang harus Aurel lakukan? apakah dosen pembimbingnya bisa memberikan surat lagi? apakah Aurel bisa sidang tepat waktu? banyak pertanyaan berkecamuk di benak Aurel. Dengan sisa sisa tenaganya Aurel masuk ke dalam kamar Bibi Wulan, Disana Bibi baru saja selesai mencuci muka. Bibi Wulan yang melihat tangisan Aurel hanya bisa tersenyum kecil lalu mengelus pundak Aurel dengan lembut.
"Ada apa Nak? apa yang kau lakukan? katakan pada Bibi". Bibi menyuruh Aurel duduk di atas ranjang kecilnya, Aurel menghapus lagi setitik air mata yang jatuh.