Steve baru saja minum teh bersama Cantika, dia yang selama ini membantu mengecek keadaan Ara yang masih koma. Padahal wanita itu juga sedang hamil besar.
"Anakmu cantik sekali, aku melihat wajahnya yang Hampir mirip dengan dirimu. Kau beruntung karena dapat merasakan menjadi ayah dari dua anak Langsung."
"Tiga, jika anakmu lahir."
"Sekarang kau mengakuinya?" Tanya Cantika cukup kaget.
"Aku harus mengakui, mungkin ini teguran dari Tuhan untukku. Karena aku tidak pernah menghargai perasaan wanita, Cantika.. maafkan aku jika selama ini aku sudah menyakiti hatimu sangat banyak. Aku berharap kau masih menyimpan cinta untukku, agar kita bisa saling menghargai satu sama lain." Kata Steve jujur.
"Aku akan selalu memaafkan dirimu, jangan pikirkan hal lain. aku senang jika kau akan menganggap anakku kita ini."
"Ya.. aku seharusnya menganggapnya sejak awal, apakah kau ingin sesuatu? Mungkin aku bisa mewujudkan apa yang kau inginkan."