Leyna melangkahkan kakinya dengan cepat, mengikuti Edward yang berada beberapa langkah di depannya. Pada saat Leyna melihat Edward sudah masuk ke dalam ruang kerjanya, dia segera semakin mempercepat langkah kakinya.
Leyna tidak ingin membuat Edward menunggu lama kehadiran dirinya saat ini, karena entah mengapa Leyna merasa Edward terlihat marah pada saat memanggil dirinya tadi.
Sebelum memasuki ruangan kantor Edward, Leyna mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Kemudian tersenyum ke arah Edward, yang terlihat duduk di kursi dekat meja kerjanya.
"Assalamu'alaikum!"
"Waalaikumsalam, silahkan masuk dan duduklah di hadapanku Leyna!" perintah Edward dengan tegas.
Raut wajah Edward tampak kencang sekali saat ini, sungguh tidak seperti Edward yang biasanya jika berhadapan dengan Leyna.
"Terimakasih Pak," jawab Leyna kemudian langsung duduk di hadapan Edward, lalu menatap Edward sambil berusaha terus tersenyum untuk menenangkan dirinya sendiri.
"Siapa lelaki tadi Leyna?" tanya Edward langsung tanpa basa basi lagi.
"Bukankah tadi aku sudah memperkenalkan dia kepada Bapak? Lelaki tadi teman saya Pak, namanya Raiden," jawab Leyna menjelaskan.
"Aku sudah tahu jika mengenai hal tersebut, maksudku ... ada hubungan apa kau dengan dia Leyna?" tanya Edward sambil menatap tajam ke arah kedua mata Leyna, seakan dia ingin mencari sendiri jawaban dari pertanyaannya tersebut di sana.
"Apakah pertanyaan Bapak saat ini harus aku jawab? Karena sepertinya hal tersebut tidak berkaitan dengan pekerjaan yang aku jalani saat ini?" jawab Leyna balik bertanya.
"Tentu saja hal tersebut berkaitan dengan pekerjaanmu saat ini Leyna, karena lelaki tersebut sudah berani datang ke sekolah ini pada saat jam mengajarmu. Maka selaku penanggungjawab di sekolah ini, aku wajib mengetahuinya. Sehingga aku bisa memutuskan, bahwa dia boleh atau tidak untuk menemuimu di sekolah ini. Jika memang dia masih keluargamu, maka dia akan di perbolehkan karena kepentingannya jelas! Tetapi jika dia hanya seorang lelaki pengganggu saja, maka aku akan meminta kepada security. Untuk tidak memperbolehkan dia untuk masuk ke lingkungan sekolah ini!" jawab Edward menjelaskan maksudnya.
Mendengar perkataan Edward tersebut, Leyna hanya tersenyum tipis, sambil menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Walau pun menurut perasaan Leyna, sebenarnya Edward memiliki niat lain, untuk menanyakan tentang sosok Raiden terhadap dirinya.
Tetapi saat ini alasan yang diuraikan oleh Edward, untuk mempertanyakan hal tersebut masih masuk akal sekali. Hal ini membuat Leyna agak bingung menjawab pertanyaan tersebut, karena Leyna sendiri tidak tahu sebenarnya apa hubungan dirinya dengan Raiden saat ini.
Sebab rasanya sangat tidak mungkin sekali, jika Leyna menjawab hal yang sebenarnya tentang siapa Raiden itu.
"Leyna! Apakah kau mendengarkan semua perkataan aku tadi?" tanya Edward kembali pada saat melihat Leyna, hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya.
"Seperti yang aku katakan tadi Pak Edward, dia hanyalah seorang teman biasa saja ... tidak lebih. Kebetulan diantara kami ada sedikit ide bisnis yang akan segera dijalankan, sehingga dia berinisiatif untuk menemui aku di sekolah. Karena pada saat menghubungi aku via telepon tidak aku angkat, karena sedang sibuk mengajar di kelas," jawab Leyna mencoba menjawab pertanyaan Edward dengan sedikit berbohong, untuk menutupi sebuah kebenaran yang tidak mungkin dikatakannya kepada Edward saat ini.
"Sebuah bisnis? Bisnis apa yang kau akan buat bersama dengan lelaki tersebut Leyna?" tanya Edward nampak semakin penasaran dengan jawaban Leyna tersebut.
"Maaf Pak Edward, untuk hal tersebut saya rasa. Saya tidak perlu menjawabnya, karena sudah merupakan hal privasi saya sendiri. Saya juga berjanji kepada Bapak, untuk mengingatkan kepada teman saya Raiden. Agar tidak lagi datang ke sekolah ini, untuk menemui saya lagi jika ada sebuah kepentingan. Jika dia nanti ingin menemui saya, kami bisa bertemu di lain tempat saja," jawab Leyna dengan lugas.
Mendengar jawaban Leyna tersebut, Edward seketika menelan salivanya dengan perasaan jengkel dan di penuhi rasa cemburu. Bagaimana tidak, maksud Edward dia hendak melarang Leyna untuk bertemu dengan lelaki tersebut, tetapi malah dia ingin berjumpa terus dengan lelaki itu di lain tempat.
Sungguh Edward merasa sangat bingung sekali, untuk mengungkapkan perasaannya saat ini terhadap Leyna. Yang jelas saat ini Edward dapat mengetahui, bahwa dirinya sangat mencintai dan ingin memiliki Leyna, bagaimana pun caranya!
Karena Edward yang merupakan anak bungsu dalam keluarganya, sejak kecil sudah terbiasa hidup selalu di turuti apa pun keinginannya tanpa terkecuali. Demikian pula kali ini, dia harus memiliki seorang Leyna karena dia menginginkannya!
"Pak Edward, jika Bapak tidak memiliki keperluan apa pun lagi dengan saya saat ini. Saya permisi untuk kembali untuk melanjutkan tugas saya mengajar di kelas, karena seperti yang Bapak ketahui saat ini saya memiliki jam mengajar," pamit Leyna sambil bergegas bangun dari tempat duduknya, kemudian langsung berjalan keluar dari ruangan kantor tersebut.
"Tunggu sebentar Leyna!" panggil Edward berusaha menghentikan niat Leyna, untuk keluar dari ruangannya.
"Iya Pak Edward? Apakah ada sesuatu hal lagi yang bisa saya bantu?" tanya Leyna sambil membalikkan tubuhnya ke arah Edward.
"Leyna, maukah kau nanti malam makan malam dan menonton bioskop bersama denganku?" tanya Edward dengan cepat, tatapan matanya penuh dengan pengharapan agar Leyna menyetujui keinginannya ini.
"Maaf Pak Edward, saya tidak bisa ..." jawab Leyna sambil tersenyum kebingungan.
"Kenapa kau tidak bisa, apakah kau sudah memiliki acara lainnya Leyna? Atau kau tidak suka menonton bioskop? Kalau kau tidak suka, kita bisa menggantinya dengan acara lain. Yang kau rasa lebih menyenangkan?" tanya Edward dengan nada bicara yang mulai terdengar kesal dan kecewa.
" Maaf Pak Edward, saya sudah memiliki acara yang lainnya nanti malam. Jadi maaf jika saya tidak bisa memenuhi ajakan Bapak, sekali lagi saya permisi dulu Pak Edward!" pamit Leyna untuk yang kedua kalinya.
Setelah itu dengan cepat Leyna bergegas berjalan keluar, dari dalam ruangan kantor Pak Edward tanpa menoleh lagi. Dia tidak ingin lagi memberikan kesempatan kepada Edward, agar dapat kembali menghentikan langkah kakinya.
Sepeninggalan Leyna yang berjalan cepat keluar dari ruangan kantornya, Edward mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. Saat ini Edward tidak dapat lagi menahan emosinya, yang sudah sangat memuncak. Dengan cepat diambilnya sebuah vas bunga, yang berada di atas mejanya.
Lalu dengan sekuat tenaga Edward melempar vas bunga tersebut, ke sudut ruangan hingga hancur berkeping-keping.
"Sial! Kurang ajar sekali kau Leyna! Berani sekali kau menolak ajakanku, sepertinya kau belum tahu siapa aku sebenarnya Leyna?! Tidak ada satu orang pun, yang berani menolak keinginanku! Kau pasti akan menjadi milikku Leyna, PASTI!" seru Edward dengan suara yang penuh amarah yang tertahankan.