Sore hari di ruang tengah keluarga, Lydia dan Jason menatap putra bungsunya yang menuntun seorang wanita, cantik tapi cara berdandan dan sikapnya membuat Lydia tidak suka, sedari tadi bahkan Lydia tidak bertanya apa-apa, walau awalnya dia sangat senang ketika mendengar putra bungsunya pulang setelah hampir seminggu dan wajah senangnya langsung berubah ketika seorang wanita bergelayut manja di lengan putra bungsunya itu.
"Jadi apa yang ingin kau katakan setelah hampir satu minggu kau menghilang?" Tanya Jason dengan nada suara yang dingin. Padahal Jason biasanya sangat ramah pada siapapun termasuk orang yang baru dia kenal.
"Sebelumnya kenalkan ini Diva pah, mah," katanya sambil melirik wajah Mamanya yang tidak ada senyum-senyumnya.
"Apa kabar Om, tante kenalkan aku Diva, aku pacarnya Kevin," katanya sambil mengulurkan tangannya namun hanya Jason yang membalas uluran tangannya.
"Jadi ini hasil kamu pergi selama seminggu?" Kata Lydia kesal bercampur kecewa, dan Joson tahun ujungnya dia yang akan diomeli.
"Bukan begitu Mam, aku menyukai sudah cukup lama dan aku bilang kalau mau jadi kekasihku dia harus bertemu kalian?" Kata Kevin walaupun terdengar nada tidak yakin dari mulutnya.
"Jadi kalian baru jadian?" Kata Jason menaikan alisnya seolah tidak percaya.
"Iya pah dan dia pilihan Kevin," jawabnya lagi.
"Yakin dia kekasihmu?" Kali ini Lydia buka suara.
"Iya Mam dan aku mrncintainya." Jawaban Kevin bersamaan dengan jatuhnya guci hiasan diruang tamu.
PRANK!!
Membuat semua pandangan mata beralih ke arah ruang tamu, yang membuat Lydia berdiri lalu berjalan cepat ke ruangan tamu, sekelebat bsysngan berbalik meninggalkan ruangan itu. Sepertinya dia sedari tadi mendengar pembicaraan mereka.
"Sayang kamu mau kemana, sayang!" teriak Lydia histeris ketika dengan kencang Pelita mengendarai motornya keluar dari halaman tersebut tanpa menutup kembali pagar rumah Lydia.
"Siapa Mam?" Tanya Jason sudah berdiri di belakang Lydia.
"Semua salah kamu, awas saja kalau ada apa-apa dengan Pelita," teriak Lydia histeris yang membuat orang rumah menghampiri mereka.
"Dan kamu cari dia sampai dapat kalau tidak jangan pulang sekalian," Lydia yang tidak marah membentak Kevin sambil menunjuk wajahnya lalu masuk kedalam kamar dan membanting pintu kamarnya.
"Ngapain kamu masih disitu cepat cari awas saja kalau dia kenapa-napa?" Omel Jason Pada sambil masuk kedalam lalu mengetuk-ngetuk pintu kamarnya agar istrinya mau keluar kamar.
"Kenapa gak suruh Reno mencarinya?" Kata kevin walaupun sebenarnya dia juga panik karena dia adalah orang yang sangat hafal sifat Pelita yaitu Nekad.
"Banyak omong kamu, kamu penyebab dia pergi, cepat cari. Ingat pesan Mama mu, jangan pulang kalau belum ketemu," kembali Jason mengingatkan perkata Lydia.
Kevin bergegas keluar rumah sementara Diva bingung dengan apa yang terjadi.
"Cepat naik kamu nanti turun di depan naik taksi, aku mau cari adikku," katanya melihat Diva seperti orang kebingungan.
"Gak mau, antar aku sampai kerumah, enak aja aku disuruh naik taksi," katanya sambil melipat tangannya didada.
"Lagian ngapain sih sampai pada heboh begitu, nanti juga dia balik sendiri," katanya Diva sambil menatap Kevin yang sepertinya malas mendengar ocehannya.
"Sayang kita kan baru jadian, kita nonton aja yu orang tua kamu juga gak tau kan kamu nyariin ade kamu atau nggak." Perkataan Diva membuat Kevin menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Turun," perintah Kevin.
"Gak mau, ihhh apaan sih," katanya malah ngeyel.
"Kataku turun, Turun!!" Dengan nada kencang kevin berkata. Namun bukannya turun Diva malah menangis, dan itu tidak membuat Kevin merasa kasihan, Kevin malah kesal lalu dia keluar dari mobilnya dan membuka pintu dimana Diva duduk lalu menariknya keluar, karena Diva memang tidak menggunakan seat belt, membuat Kevin tidak kesulitan menariknya keluar.
Kevin lalu memberhentikan taksi dan menyuruh Diva masuk.
"Ini ongkosnya Pak antarkan dia terserah mau kemana," kevin memberikan 2 lembar uang 100 ribuan kepada supir taksi tersebut, lalu berjalan ke arah mobilnya dan meninggalkan taksi yang tadi dia berhentikan.
"Sial," katanya sambil memukul stir mobilnya.
Kevin memarkirkan mobilnya dia mulai berpikir tenang.
"Sepertinya aku harus ke bengkel tempat dia menservice motornya," katanya berguman. Kembali dia menyalakan mobilnya.
Kevin memarkir mobilnya dideka dojo tempat Pelita biasa berlatih, gedung itu sepi biasanya ramai jika ada yang latihan terutama weekend.
"Siang Pak," sapa Kevin pada seorang penjaga gedung.
"Siang Mas ada yang bisa dibantu?" Katanya menjawab sapaan Kevin.
"Bapak kenal dengan Pelita kan?" Tanyanya Kevin to the point.
"Oooh Neng Pelita, iya lah dia kan pelatih disini, anggota lama Mas pasti saya kenal," katanya tersenyum.
"Kalau selain sabtu dia suka latihan tidak?" Tanya Kevin lagi membuat pria itu sedikit heran sambil menatap Kevin.
"Dia itu adik saya Pak, ngambek pergi dari rumah, ini saya disuruh nyari?" Katanya terus terang.
"Oalah Neng Pelita bisa ngambek juga toh," katanya tertawa.
"Jarang sih Mas, seringnya sabtu dia kesini, kecuali sekalian mampir ke bengkel belakang," katanya menjelaskan.
"Ya sudah kalau gitu kalau dia kesini tolong kabari saya ya Pak, ini nomer telepon saya," Kevin mengeluarkan kartu namanya yang diberikan oleh ayahnya awalnya dia pikir kartu nama dengan jabatan Manager I T tidak akan dia gunakan, namun sekarang malah bermanfaat.
"Ohhh iya mas nanti saya kabari kalau dia kesini," katanya lalu kevin pamit dan berjalan kaki menuju bengkel yang berada di belakang dojo tempat Pelita berlatih.
Suasana lumayan ramai namun tidak ada satupun teman Pelita, Kevin menghela nafasnya namun dia tidak berani bertanya pada orang-orang yang berada disana, namun rasa penasaran akhirnya dia menyapa pemilik bekel sekaligus montir.
"Maaf Bang, hari ini Pelita ada kesini gak?" Tanyanya pada pria kurus yang rambutnya dikuncir satu.
"Hari ini dia belum ada kemari terakhir dia kemarin kesini sama Edo ganti busi sama kanvas Rem." Katanya sambil menyelesaikan pekerjaannya.
"Oooh gitu, ya sudah kalau begitu saya pamit dulu, maaf mengganggu." Kevin lalu keluar dari bengkel itu dan berjalan melewati gang untuk mengambil mobil yang ia parkir didepan dojo.
"Bang?" Panggil seorang pria seusia Pelita, ia menghentikan laju motornya dekat Kevin berdiri lalu membuka helm full facenya.
Seperti bertemu pacar wajah Kevin sangat senang sekali, melihat siapa yang ada dihadapannya.
"Kebenaran, gue nyariin lu tapi gak tau musti nyari kemana," kata Kevin begitu Darma membuka helmnya.
"Tumben, ada apaan Bang?" Tanya Darma heran.
"Hari ini kamu ketemu Pelita gak?" Tanya Kevin dengan wajah penuh harap.
"Iya, tadi pagi di sekolah karena ada pemotretan untuk buku angkatan dan meminta tanda kelulusan sementara untuk yang diterima universitas untuk program jalur undangan," kata Darma, dia sedikit heran seharusnya yang lebih tahu tentang Pelita adalah Kevin.
"Tumben Abang gak tahu, memang selama Abang diluar kota gak pernah saling kontak?" Tanya Darma yang dijawab dengan gelengan kepala.
"Maaf nih Bang bukan mau ikut campur, tapi kata Pelita sepertinya Abang marah sama dia, padahal dia juga gak tau salahnya apa?" Kevin terdiam mendengar perkataan Darma, memang seharusnya bukan Pelita sasaran kemarahan tapi keluarganya.
"Kita ngobrol bang, cari tempat gak enak ngobrol kaya gini dijalan," kata Darma sambil memutarlan motornya keluar dari gang tersebut.