Raka yang selalu berbicara ceplas ceplos kini tidak ada lagi. Dia lebih banyak diam, entah memikirkan apa. Kecewa yang dia rasakan membuatnya menjadi sosok yang sangat berbeda. Bahkan sudah hampir seminggu setelah pertemuan terakhir Kiya dan Raka, laki-laki itu tidak lagi menghubunginya.
Kiya seharusnya bisa berada di sisi Raka lebih lama, memberikannya semangat. Kiya juga ingin menyuruh laki-laki itu untuk pulang kembali ke rumahnya, bagaimana pun pasti Ayahnya akan sangat mengkhawatirkan anak bungsunya itu. Karena sebesar apapun masalah yang dihadapi, tidak seharusnya untuk Raka pergi. Namun, rasanya dia juga malu menjadi sosok yang sok benar padahal sering berbuat salah.