"Satu sama."
Raka masih terbahak-bahak melihat Kiya yang kini mengerucutkan bibirnya, tangannya terlipat di depan dada. Dia membiarkan Kiya yang masih kesal dibuatnya, karena hars melanjutkan memasaknya.
Tidak butuh waktu lama Raka menyelesaikan masakannya, dan Kiya masih enggan untuk menyudahi ngambeknya.
"Mau nggak?" Raka menyodorkan sepiring isi spagheti ke hadapan Kiya.
"Nggak!"
"Kalau ini mau?" Raka kini menyondorkan tangannya yang sudah kotor dan bau bumbu-bumbu dapur. Laki-lai itu meletakkan piringnya lalu bersiap menghampiri Kiya.
Kiya yang sergap dan cekatan lebih dulu mengambil langkah seribu meninggalkan dapur karena Raka mengejarnya. "NGGAK MAU RAKA!!"
Sayangnya, Raka begitu ceroboh meninggalkan makanannya di dapur, karena kini Tara yang sedari tadi memperhatikan keduanya langsung menghampiri piring yang sudah terisi penuh spagheti. Di genggamannya, ada sebuah obat yang sengaja sudah dia haluskan.