*****
Motor Gilang kini sudah terparkir sempurna di depan perkarangan rumah Kiya.
"Thank you banget, Lang," ucap Kiya saat hendak melenggang pergi setelah memberikan helmnya pada laki-laki itu. Namun tiba-tiba tangan Gilang dengan cepat langsung menahannya, mencekal pergelangan tangannya agar perempuan itutidak melangkah manjauh.
Kiya tampak bertanya-tanya melalui tatapan matanya yang mendelik. Namun tatapan itu di balas Gilang dengan keterdiaman tanpa sepatah kata pun keluar dari mulutnya, laki-laki itu menatap dalam mata perempuan yang berada di hadapannya. Hingga akhirnya mereka terperangkap di dalam keheningan sesaat, tidak ada suara selain bunyi mesin motor Gilang yang belum dimatikan oleh laki-laki itu. Kiya tenggelam dalam tatapan mata hangat yang sangat menenangkan dari sorot mata Gilang menatapnya.
"Kiya." Panggilan Gilang memecahkan keheningan di antara mereka, Kiya yang akhirnya tersadar dari keteduhan mata Gilang langsung tersenyum tipis.
"Iya, Gilang. Kenapa?"