Dikamar aniq memperhatikan kalung milik nya saat masih kecil, kalung polos berwarna emas dan ada bintang sebagai hiasan utama nya. aniq tersenyum,mengingatkan kenangan pertama kali ia di berikan kalung ini oleh almarhumah ibunda nya.
flashback on.
Seorang wanita berparas cantik memandang anak perempuan nya yang sedang asik bermain dengan boneka. sesekali ia tertawa saat melihat keimutan anaknya yang sedang berbicara kepada boneka itu.
wanita itu merogoh saku di celana nya dan menghampiri anak perempuan nya. ia menyodorkan kalung cantik nan indah yang berwarna emas dengan bintang sebagai hiasan. "Aniq sayang" panggil sang wanita. anak perempuan yang di panggil aniq menoleh, tersenyum senang saat ibunda menghampiri nya.
wanita itu duduk tepat di samping aniq, dan memberikan kalung itu kepada anaknya. "Bunda? ini kalung syapa? cantik bangettt" aniq teriak girang. "ini punya bunda, tapi sekarang punya aniq" wanita itu memakaikan kalung kepada aniq, namun sayang kalung itu terlalu panjang untuk anak yang masih berumur 4 tahun. wanita itu terkekeh karna merasa itu lucu. "Wah... kalung ini cantik banget bunda!! ini punya aniq?"
"tentu saja "
Aniq memeluk bunda nya "makasih bunda" sang bunda membalas pelukan dari aniq.
"Hmm Sekarang kalung nya lepas ya" seketika aniq melepaskan pelukan nya. "loh.. kenapa bunda? kan kata bunda ini punya aniq" saut aniq dengan wajah yang cemberut. bunda terkekeh "iya, ini punya aniq, tapi karena kebesaran nanti aja pakai nya pada saat aniq udah dewasa ya" Aniq hanya menganggukan kepala nya. dan melepaskan kalung itu.
"aduh... kok ngambek sih anak bunda" bunda mencubit pelan pipi anaknya. "enggak tuh" aniq membuang muka. "Ah masa? sini coba liat mukanya" bunda terus berusaha untuk melihat wajah anaknya yang ngambek. "ihhhh enggak!" aniq juga terus berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah nya.
"loh kenapa ini? kok pada berantem?"
aniq dan bunda melihat ke arah suara, itu adalah ayah nya aniq dan suami bunda. "Ayah!!" aniq berlari dan memeluk ayah nya. "eh? kenapa sayang?" sang ayah bertanya. "itu bunda nya" jawab rengekan aniq. "loh kok bunda? boong yah, jangan percaya" bunda tak mau kalah terhadap anaknya sendiri, ayah hanya bisa menggeleng-geleng kan kepala nya saat melihat kelakuan kedua bidadari nya.
"Hmm ayah lebih percayanya sama bunda" ayah mencoba untuk ikut memanasi anak nya. "ih!! ayah mah sayang nya sama bunda!" kedua orang tua itu tertawa mendengar penuturan aniq. "kan bunda istri nya ayah, harus sayang dong" ucap ayah. aniq menangis pada saat itu juga yang membuat kedua orang tuanya panik, "aduh aniq bunda sama ayah bercanda doang sayang" bunda berusaha untuk menenangkan aniq, sang ayah pun juga membantu dengan menghibur.
"hehe"
sekarang bunda dan ayah yang terlihat kesal dengan ekpresi yang aniq buat. ternyata aniq hanya berpura-pura saja. "wah kayaknya anak bunda udah pantes jadi artis nih" bunda merajuk. tawa aniq semakin keras "Hahahaha, ekpresi ayah bunda lucu!"
"ohhh gitu yah... bun ayo kita balas" ayah melirik kearah bunda dan bunda mengerti dengan tatapan ayah. bunda mengangguk paham "dengan.... "
"KELITIKAN" saut bunda dan ayah bersama.
"kyaaaa!" aniq teriak, dan berusaha lari dari kedua orang tua nya. mereka saling kejar-kejaran dan tawa menyelimuti momen mereka.
sungguh keluarga yang bahagia.
flashback off
tanpa sadar aniq menangis mengingat kenangan bersama kedua orang tuanya. dia masih mengingat jelas kenangan yang sudah bertahun-tahun lamanya, padahal pada saat itu dia masih berumur 4 tahun, dan tak lama setelah kenangan itu, satu tahun kemudian orang tuanya kecelakaan.
aniq memperhatikan kalung itu lagi. dia tersenyum kembali, menghapus air matanya dan segera memakaikan kalung itu di leher. ia melihat dirinya di cermin. tersenyum dan berkata "bunda... lihat aku sudah dewasa dan lihatlah kalung ini sangat cocok untuk ku, terimakasih bunda"
tanpa sadar, dari balik pintu aniq seseorang membendung air mata yang tak bisa di tahan.
@@@@@
Sudah seminggu semenjak kedatangan Aresta dari London, dan selama ini Aresta hanya santai di dalam rumah dan mengisi waktu nya dengan membaca buku di kamar nya.
'Tok tok tok'
"Masuk" saut Aresta.
'Cklek'
Terlihat Aniq membawakan nampan dengan satu cangkir kopi di dalamnya. Aniq masuk perlahan dan menaruh nya tepat di meja. setelah melakukan itu, aniq hanya diam di tempat nya, ia ingin berbicara dengan Aresta, tapi sebelum dia mengucapkan satu kata, Aresta lebih dulu berbicara. "Ngapain masih di sini?" tanya Aresta. Aniq terlihat gugup, "Bang Are-" belum selesai bicara Aresta sudah memotong duluan perkataan aniq.
"Diam" Aresta menatap Aniq dengan tajam.
"Y-ya?" Aniq bingung, kenapa Aresta menatap nya seperti itu.
"Jangan pernah merasa akrab dengan ku" Aresta bangun dari duduk nya. dan berjalan keluar, sebelum keluar dia sempat berkata "Jangan pernah memanggilku seperti itu lagi. ingat kau hanya ber-singgah, tidak selamanya kau di sini, dan selagi kau masih di dalam rumah ini, kau adalah pembantu dan aku Majikan mu." Aniq kaget dengan perkataan Aresta, hati nya sakit.
"Dan bersikaplah sesuai dengan derajat mu"
setelah mengatakan kalimat terakhir itu Aresta benar-benar sudah pergi dari pandangan Aniq.
♡Tbc♡