Lalu aku beranjak ke dapur untuk memasak karena cacing-cacing diperutku sudah memanggil. Meskipun aku baru 19 tahun, tapi aku sudah pandai memasak, karena Umi sudah mengajariku sejak aku SMP.
Kali ini aku memasak seadanya, karena didalam kulkas hanya ada sedikit bahan makanan, sepertinya Ka Zein belum belanja lagi. Aku membuat dua porsi, satu untukku dan satu untuknya.
"Kak, makan." Aku menunjukkan wajah sumringah, saat melihatnya keluar kamar, seolah tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami.Tapi dia, jangankan mengahmpiriku, menoleh pun tidak.
Ting..nong..
Bel rumah berbunyi, tandanya didepan ada tamu, kulihat dia berjalan untuk membukakan pintu. Rupanya itu adalah Gojeg yang mengantarkan makanan.
"Kak, tapi ini kan, aku udah masak buat Kakak," kataku, sedikit geram.
"Buang aja," jawabnya singkat.