Vivi begitu tergesa-gesa, sampai ia salah memencet nomor telpon beberapa kali, terlebih yang dia gunakan saat itu adalah ponsel kakaknya. Tapi akhirnya dia berhasil menyambungkan telpon dengan dokter Rian. Sama sekali Vivi menunggu tapi tidak kunjung di angat. Lalu dia mencoba lagi untuk ke dua kalinya.
"Hallo, Nay," sapa dokter Rian dari sebrang telpon.
"Kak Rian, ini bukan Kak Nayla, tapi ini Vivi," jawab Vivi.
"Vivi? Ada apa, Vi? Sorry, Kak Rian kira yang telpon Kak Nayla, soalnya ini kan, no telponnya Nayla," ujar dokter Rian.
"Iya, Kak. Vivi pinjem handphone nya Kak Nayla," kata Vivi dengan nada cemas, sambil berkali-kali melihat ke arah kakaknya yang sedang kesakitan itu.
"Emangnya ada apa, Vi? Kok suara Vivi kedengarannya kayak orang panik gitu?" tanya Rian.
"Anu, Kak. Kak Nayla ...," karena panik Vivi jadi kesulitan untuk bicara.
"Nayla kenapa?" tanya Rian lagi, dia pun sekarang malah ikut-ikutan panik.