Arkan sudah tidak tahan lagi mendengar ucapan Nathan tentang dirinya, dia memang sudah mati tapi dia masih ada di sini, di hadapannya. Arkan sudah mengangkat tinjunya dan siap melayangkan pukulan pada Nathan.
"Lo selalu keterlaluan kalau ngomong," Arkan melayangkan pukulan, tepat sebelum tinjunya itu mengenai wajah Nathan, Nayla sudah berteriak kencang.
"STOP!" teriak Nayla sekencang-kencangnya. Rasanya semua keributan ini membuat kepala Nayla jadi semakin pusing. Setelah teriakannya yang membahana tadi, dia langsung memegangi kepalanya yang terasa berdenyut hebat.
"Aw, sakit," ringis Nayla.
"Kak, Kak Nayla kenapa?" Vivi mulai panik dan langsung naik ke atas tempat tidur Nayla yang sedang begitu kesakitan itu.
"Nay, Nayla," kata Arkan, dia mengurungkan niatnya untuk memukul Nathan karena dia segera menghampiri Nayla.
Begitu pun dengan Nathan, dia juga melepaskan cengkeramannya pada Arkan begitu saja dan bergegas ikut menghampiri Nayla yang sudah kesakitan memegangi kepalanya.
