"Nay, Nayla," Fanny menghampiri Nayla dengan tergopoh-gopoh. Rambutnya yang selalu di kepang dua itu tampak berantakan karena habis berlari.
"Kenapa, Fan?" tanya Nayla, gadis berambut panjang itu sedang duduk di bangkunya bersama Jessy.
"Tau, nih, Fanny. Dateng-dateng bikin tegang aja. Kenapa? Coba ngomong yang bener," gertak Jessy, si rambut ekor kuda.
"Itu ... Itu loh," Fanny belum bisa bicara dengan benar karena napasnya begitu terengah-engah.
"Itu apa?" tanya Nayla lagi, dia sudah sangat penasaran.
"Tarik napas dulu, Fan-Fan," perintah Jessy.
Fanny menurut, dia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan, "Itu, di depan kelas IPA XI, si Reno sama si Nathan berantem,"
"Lagi?" Nayla menepuk jidatnya, ini sudah kali ke berapa dua laki-laki itu terlibat perkelahian.
"Oh, berantem doang. Kirain apaan," celetuk Jessy.
"Jessy, Ih. Ya, namanya berantem berarti gawat, bisa sampe babak belur, parah-parah masuk rumah sakit," Fanny mulai geram pada Jessy.