Cerita Sebelumnya
"Khikhikhik... itu adalah sebuah perkataan sebelum seorang menemui ajalnya." kata iblis itu sambil terkekeh.
Tanpa basa basi lagi, iblis itu pun langsung melancarkan serangannya ke arah Ryuu secara beruntun tanpa ampun sedikit pun.
Ryuu terus menangkis serangan itu, dan sesekali serangan iblis itu mengenai tubuhnya dan membuat luka pada bagian perutnya. Cukup dalam sepertinya.
"Hahahaha...teruslah seperti ini bocah... kau akan mati sebentar lagi." kata iblis itu.
Tubuh Ryuu telah menerima banyak luka dari iblis itu. Seketika iblis itu ingin melancarkan serangan terakhir untuk Ryuu. Tiba-tiba mata Ryuu sekejap berubah warna menjadi warna merah darah dengan sisi gelap di sekelilingnya.
Iblis tersebut terkejut dengan perubahan mata itu.
"Mata itu...mengingatkan ku kepada seseorang yang kami takuti, siapakah bocah ini? Kenapa kau mempunyai mata itu? Apa hubungan mu dengannya."
Iblis itu mulai takut pada Ryuu karna melihat mata Ryuu telah berubah.
Iblis itu menjadi kuat seketika setelah memakan bagian tubuh temannya. Lalu Iblis itu kembali menyerang Ryuu dengan serangan terkuatnya.
Ryuu menangkis serangan tersebut dan memberikan serangan balik pada iblis itu. Seketika Ryuu bisa melihat pergerakan iblis ini. Ryuu mengetahui apa yang harus dia lakukan supaya bisa menebas leher iblis ini.
Ryuu pun menunduk dan menghela nafas. Dengan konsentrasi yang tinggi "Teknik ke empat "Tarian Bunga Api", ia pun melancarkan serangan pada iblis itu.
"Serangan ini terlalu cepat bagi ku, mata ku tidak bisa melihat arah mana serangan ini" batin iblis itu mulai cemas.
Tebasan pedang Ryuu pun berhasil memotong kepala iblis itu. Dan iblis itu hancur.
Setelah mengalahkan kedua iblis itu , Ryuu pun membakar kedua tubuh iblis itu agar tidak bisa bergenerasi lagi.
Ketika pertandingan pun usai, Ryuu pun menghampiri Misaki dan tersenyum padanya bahwa dia telah mengalahkan kedua iblis itu.
Ryuu tiba-tiba jatuh pingsan di karenakan sudah melewati batas kekuatannya. Bruk!
Misaki pun bergegas menghampiri Ryuu yang telah jatuh dan pingsan ke tanah.
Luka yang di terima Ryuu sangat besar, sehingga Misaki bergegas meracik obat buatan khusus untuk menyelamatkan Ryuu.
Setelah kejadian pertempuran itu, Ryuu pun harus terbaring selama 2 hari penuh untuk memulihkan tubuhnya yang luka-luka.
Setiap paginya Misaki membersihkan lukanya dan kembali mengoleskan obat.
"Kamu telah melakukan hal yang baik Ryuu, dan sepertinya luka mu akan segera pulih, untuk saat ini kamu tidak akan bisa melakukan banyak kerjaan berat hingga tubuh mu kembali sembuh sepenuhnya barulah kami bisa beraktivitas kembali seperti biasa." kata Misaki.
Misaki pun tertidur di samping Ryuu karena kelelahan setelah merawat Ryuu seharian.
Malam harinya Ryuu pun mulai sadarkan diri. Ia pun membuka matanya perlahan dan ketika mata itu di buka, hal pertama yang ia lihat adalah Misaki. Meskipun dalam posisi tertidur di sampingnya, Misaki tetap terlihat cantik.
"Syukurlah jika kamu baik-baik saja, aku senang jika bisa menyelamatkan mu dari bahaya, Misaki." kata Ryuu dalam hati sambil memandang seraut wajah cantik yang tertidur lelap di sampingnya itu
Pagi pun tiba. Cahaya pagi pun menyinari masuk melewati jendela yang sedang terbuka dengan lebar itu. Ryuu pun terbangun dan menatap Misaki yang sedang tertidur pulas.
"Aah…..rasanya badan ku sakit semua, ku biarkan Misaki tidur sebentar lagi dan aku ingin pergi mencari angin segar di luar." kata Ryuu dalam hati.
Ketika Ryuu sedang menghirup udara segar, Ryuu mendengar suara menggema yang tak di kenalnya yang mengatakan agar Ryuu harus segera pergi ke kuil yang tak jauh dari lembah kematian untuk mencari sebuah buku yang telah terkubur selama ratusan tahun.
Ryuu mencari asal suara misterius itu kemana-mana, dan suara itu pun menghilang begitu saja.
Disisi lain, Misaki pun keluar melihat Ryuu yang tampak mencari sesuatu itu.
"Apakah badan mu sudah baikan?" tanya Misaki.
Ryuu pun mempelihatkan badannya lalu menunjukkan perutnya yang memerah itu.
Misaki pun secepatnya menutup matanya dan tersipu malu. Wajahnya sudah memerah.
"Heiii heii ..jangan memperlihatkan wajah mu seperti itu, itu membuat ku terlihat seperti seorang pria mesum, bukankah kau sudah melihat badan ku semua? Terlihat jelas jika kau memberi ku obat pada perut ku, bukan?" kata Ryuu.
Ryuu pergi menghampiri Misaki.
"Terimakasih telah mengobatiku." Sambil garuk-garuk badannya yang masih ada tersisa rasa gatal-gatal meskipun sedikit.
Misaki pun memeluk Ryuu dengan erat dan menangis di pelukan pria itu, sambil berkata, "Aku khawatir pada mu saat kau jatuh setelah melawan 2 iblis itu."
"Arghhhh… sakit sekalii… jangan memeluk ku seperti itu, aku bisa mati jika kau memeluk ku dengan kuat." pekik Ryuu.
"Opss maaf..." Misaki pun secepatnya melepaskan pelukannya.
"Oh ya, kia akan kemana setelah ini?" tanya Misaki.
Ryuu pun pergi mengambil pedangnya yang tak jauh dari situ, sambil berkata, "Kita akan melanjutkan perjalanan kita, tujuan kita setelah ini adalah ke kuil yang dekat dengan lembah kematian, aku tidak tau kenapa aku harus ke sana, ada perasaan yang aneh di dalam diri ku sehingga aku ingin ke sana."
"Baiklah. Aku akan ikut dengan mu ke mana pun kau pergi, Ryuu." ucap Misaki.
Keesokan harinya, mereka pun bersiap untuk meninggalkan lokasi tersebut.
"Hei..apakah kau tau arah lembah kematian?" tanya Misaki.
Ryuu yang sedang berjalan pun seketika terhenti karena pertanyaan Misaki itu.
"Maafkan aku misaki, aku sebenarnya tidak begitu tau arah menuju mana untuk sampai kesana." kata Ryuu.
Misaki pun menghela nafas dan sabar dengan jawaban konyol Ryuu. Mereka pun bertanya kepada orang-orang sekitar sana untuk menunjukan rute tersebut, dan ada yang memberikan kami saran untuk bertanya pada orang yang di dekat danau itu.
"Sepertinya aku akan terlihat gila jika aku terus bersamanya, bisa-bisanya dia menyebut tempat yang asing tapi dia tidak tau arah tujuannya." kata Misaki dalam hati.
Ryuu pun melihat ke arah dekat danau itu.
"Sepertinya keberuntungan ada di dekat kita, ayo kita tanyakan kepada orang itu." kata Ryuu.
Mereka berdua pun menghampiri danau itu dan melihat seorang pemuda dengan sebuah kapal kecilnya.
Pemuda itu pun bertanya, "Hei, apa yang kalian inginkan?"
"Kami ingin bertanya, apakah kamu tahu letak lokasi lembah kematian itu di mana?" tanya Ryuu.
"Aku tidak mengetahui lokasi itu." jawab pemuda itu berbohong. Padahal sebenarnya dia tahu di mana lembah kematian itu berada.
Ryuu pun terlihat tidak mempercayai pemuda itu.
"Aku bertanya pada orang sekitar bahwa kau tahu tempat di mana lembah kematian itu berada. Jika kau mengantarkan kami ke sana, aku akan memberikan mu uang sebagai tanda terima kasih ku." kata Ryuu sambil mengeluarkan sekantong uang dari sakunya untuk menyogok pemuda itu.
***
**BERSAMBUNG**