Chereads / Dear, Husband. I Love You. / Chapter 19 - Pulang

Chapter 19 - Pulang

Written by : Siska Friestiani

Dear Husband I Love You : 2021

Publish Web Novel : 18 April 2021

Instagram : Siskahaling

*siskahaling*

Rio sudah terbangun dari setengah jam yang lalu. Tapi ia terlalu malas untuk beranjak dari ranjang. Pagi ini begitu ia terbangun, Rio melihat Ify yang masih tertidur nyenyak di pelukannya.

Senyum Rio mengembang, teringat kembali kejadian tadi malam. Ia sudah memiliki istrinya seutuhnya. Ify sekarang benar-benar sudah menjadi miliknya.

Membayangkan kini mereka berpelukan dalam keadaan tak berbusana, benar-benar membahagiakan. Kulit lembut mereka saling bersentuhan, menimbulkan gelenyar aneh namun terasa menyenangkan.

Rio memandangi wajah Ify, wajah cantik yang entah sejak kapan Rio sukai. Bibir mungil yang malam tadi ia nikmati itu seolah kembali mengundangnya untuk disantap. Tak tahan, Rio mengecup ringan bibir mungil itu.

Namun seketika jantungnya berdenyut resah. Rio takut. Bagaimana nanti jika suatu saat Ify mengetahui hubungan masa lalunya dengan Hanum? Bagaimana jika perempuan di pelukannya ini pergi setelah mengetahui semuanya? Tidak, tidak, Ify tidak boleh meninggalkannya. Sekeras apapun, ia akan mempertahankan istrinya ini untuk tetap berada di pelukannya.

Tanpa sadar tubuh Rio gemetar membayangkan jika Ify meninggalkannya, pergi jauh dari jangkauan matanya. Rio memeluk Ify semakin erat.

Pelukan Rio membangunkan Ify. Perempuan itu menggeliat di dalam pelukannya. Sampai akhirnya manik coklat itu terbuka, membuat Rio semakin hanyut ketika menatapnya.

"Selamat pagi, sayang" sapa Rio pertama kali. Ify tersenyum, lalu menyadarkan kepalanya di dada Rio sebelum menjawab sapaan sang suami.

"Pagi juga, Yo"

Rio mengusap rambut Ify lembut "Felling better?" tanya Rio, Ify mengangguk.

"Apa... Masih terasa sakit?" tanya Rio lagi, pipi Ify merona mendengar pertanyaan Rio.

"Maaf, aku terlalu memaksamu tadi malam" ucap Rio sambil mengecup puncak kepala Ify. Ify menggeleng.

"Tidak, aku baik-baik aja" sanggah Ify.

Lalu keduanya saling diam.

"Sayang" panggil Rio memecah keheningan.

"Hmm" jawab Ify yang masih bersembunyi di dada suaminya.

"Apa tadi malam aku memuaskanmu?"

Apakah Rio memuaskannya tadi malam? Tentu saja iya. Ia memang tidak memiliki perbandingan karena Rio adalah pria pertamanya. Tapi rasa nikmat yang Rio berikan tadi malam sungguh luar biasa, sampai ia menangis saat merasakan kenikmatan itu menjajah dirinya.

Namun Ify hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Baguslah, karena aku juga merasakan hal yang sama" ucap Rio kemudian.

"Kalau kita ulangi lagi gimana, Yang?" tanya Rio tiba-tiba. Wajah jahil itu terlihat jelas di wajahnya.

"Biar sekalian mastiin proyek baby-nya jadi" senyum Rio merekah, Ify mengedip-ngedipkan matanya gugup.

"Ini... kan... masih pagi, Yo" ucap Ify terbata.

"Justru masih pagi, Fy. Bakalan bagus hasilnya nanti" ucap Rio semakin menggoda. Kini tangan Rio bahkan sudah bergerak membelai lembut perut rata Ify.

"Kita... Perlu sarapan..." ucap Ify kembali berasalan.

"Nanti sayang, aku ingin menyantap Appetizer-ku dulu" tolak Rio. Sementara tangannya sudah semakin turun menuju pusat tubuh istrinya. Menyentuh dengan sentuhan seolah tak sengaja. Membuat Ify memekik saat tangan Rio sudah bermain di area sensitifnya.

"Yoo....." rintih Ify merasakan sensasi jari Rio di bagian privatnya.

Gilaaa!! Rio benar-benar gila!

Sedangkan Rio semakin mempercepat tempo-nya saat melihat reaksi Ify. Ia suka saat Ify begitu responsif akan sentuhannya.

Dan ketika Ify hampir sampai, Rio menghentikan kegiatannya, yang dihadiahi tatapan memohon dari Ify agar tidak berhenti.

"Tidak disini sayang. Kita akan lanjutkan di kamar mandi" ucap Rio lalu membopong Ify ke kamar mandi.

*siskahaling*

"Aduhhh, yang siang-siang pada keramas" suara Oci menjadi pembuka di siang hari untuk Rio dan Ify begitu mereka turun untuk makan siang. Tentu saja menarik perhatian orang-orang yang ada di meja makan.

"Telat banget, Bang turunnya? Sampai lupa sarapan" goda Oci ketika melihat rona merah di pipi Kakak Iparnya yang berada di gendongan Rio. Rio hanya terkekeh lalu mendudukkan Ify di kursinya.

"Mbak? Kok pakai syal sih? Siang ini panas tau?" tanya Oci kembali menggoda Ify. Ify hanya menunduk dengan wajah semakin merona.

Ini gara-gara Rio. Bohong mereka akan turun untuk sarapan pagi tadi. Bohong jika mereka hanya akan melakukan sekali lagi di pagi hari tadi. Nyatanya, suaminya itu melakukan berulang kali hingga membuatnya tidak sanggup berjalan dikakinya sendiri. Untung saja kakinya terluka, tidak ada yang akan menggodanya karena harus berada di gendongan suaminya siang ini.

Ingatkan Ify untuk tidak percaya ucapan Rio kedepannya!

"Jangan godain Mbak kamu, Ci" ucap Manda menyela.

Sedangkan Oci hanya terkekeh. Lalu menerima uluran gelas berisi susu ibu hamil dari Reza.

"Kamu jadi pulang hari ini, Yo?" tanya Manda. Rio mengangguk sambil menyicip makanan yang akan di santap oleh Ify. Memastikannya tidak pedas dan aman untuk istrinya.

"Kenapa nggak nginep lebih lama aja, Mama masih kangen sama Ify"

"Nggak bisa, Ma" Rio menggeser piring ke arah Ify setelah memastikan makanannya aman untuk lambung istrinya "Kerjaan Rio udah numpuk karena Rio nggak masuk dua hari" tambahnya. Manda menghela napas.

"Kamu nginep aja dulu, Gar. Hanum masih belum terlalu sehat untuk perjalanan jauh" saran Manda. Edgar mengangguk, sembari menyuapkan sesendok bubur ke Hanum.

"Satu lagi, Han. Kamu baru makan tiga suap" Hanum menggeleng, Edgar menghela napas.

"Aku mau balik ke kamar" lirih Hanum, tapi masih terdengar oleh Edgar.

"Aku duluan ke kamar ya, Om, Tan. Mau anterin Hanum ke kamar sekalian istirahat" pamit Edgar yang di angguki oleh Zeth dan Manda.

Sedangkan Ify menatap kepergian Hanum dengan wajah yang sulit diartikan. Sulit rasanya mengabaikan tatapan Hanum ketika menatap Rio. Tatapan kesakitan, yang tidak Ify ketahui apa maksudnya.

*siskahaling*

"Ify pamit ya, Ma" pamit Ify, Manda mengangguk walaupun dengan berat hati.

"Hati-hati di jalan" ucap Manda mengingatkan.

"Sering-seringlah main ke rumah, Nak" kini gantian Zeth yang memeluk menantu-nya.

"Iya, Pa. Nanti Rio sama Ify akan sering-sering berkunjung" jawab Ify sembari tersenyum haru. Pelukan Zeth mengingatkannya pada sosok Handoko. Ayahnya.

"Ingatkan Rio jangan ngebut bawa mobilnya" Manda masih memberikan nasihat-nasihatnya.

Ify terkekeh "Iya, Ma. Nanti Ify ingatkan Rio"

"Ada apa? Kenapa nama ku di bawa-bawa?" tanya Rio yang tiba-tiba muncul setelah selesai menyusun barang mereka kedalam mobil. Tak lupa memberikan kecupan di puncak kepala istrinya.

"Baik-baik kamu ya sama menantu, Mama" ucap Manda memperingatkan. Mario mendengus mendengarnya.

"Sebenernya yang menantu itu aku atau Ify sih? Kenapa aku ngerasa jadi menantu di rumah ini" kesal Rio, hanya candaan tentu saja. Rio bahkan senang melihat bagaimana kedua orang tuanya begitu menyayangi Ify.

"Terima saja, Yo. Kalau Mama sama Papa lebih menyayangi ku" ucap Ify yang mengundang gelak tawa Manda dan Zeth. Sedangkan Rio mengerut kesal walaupun dalam hati ia bahagia melihat kebahagiaan orang-orang kesayangannya.

*siskahaling*

halloooo.....

Terimakasih sudah membaca, semoga suka ya....

See you next chapter guys.....