Pagi harinya Alika terbangun saat merasa ada sesuatu yang melilit pinggangnya dengan erat, begitu membuka kedua matanya Alika mendapati wajah tampan Alfie yang tengah terpejam sehingga wajahnya begitu polos ketika sedang tertidur seperti ini.
Tangannya terulur untuk mengusap pelan rambut Alfie dihiasi dengan senyuman manisnya. Beribu-ribu kali ia mengucapkan syukurnya karena setelah sekian lama ia mengharapkan ini terjadi akhirnya kini sudah menjadi kenyataan, bukan lagi sebuah harapan.
Matanya melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul enam. Perlahan Alika melepaskan tangan kekar Alfie yang melingkar di pinggangnya dan menggantikan posisinya dengan bantal yang ia pakai tadi agar laki-laki itu tidak terganggu tidurnya.
"Engh—"