"Alika, please..."
Suara memohon Dinda terdengar jelas mengisi kekosongan ruangan yang berukuran sedang ini. Ketika Alika akan berpamitan pada Elina untuk pulang yang kebetulan berada di dalam ruangan, tiba-tiba Dinda membahas perkara tadi—mengenai untuk menyuruhnya mengurus anak yang baru saja lahir itu.
Sudah beberapa kali Alika menolak, tetapi tetap saja Dinda memaksanya untuk mengurus anaknya itu. Bukannya Alika tidak mau mengurus anak dari Dinda, tetapi ia sangat tidak bisa membiarkan nasib bayi itu menderita. Hanya itu.
"Dinda, gue gak bisa. Please lo juga harus menghargai keputusan gue," tolak Alika.
Elina yang sedari tadi berada di dalam ruangan hanya bisa menyaksikan keduanya. Ia pun tidak bisa berbuat apa-apa, terlalu bingung karena jujur dirinya lebih memilih hubungan putranya dengan gadis bernama Alika. Tapi, di sisi lain ia tidak mau jika cucunya harus menderita karena ditinggalkan oleh ibu kandungnya sendiri.
