ELANG P. O. V.
Terdiam, hanya itu yang bisa aku lakukan, kesalahan yang paling fatal yang pernah ku lakukan, aku tak melakukan apa-apa setelah aku merobek bajunya, aku berani bersumpah untuk itu.
Mungkin ini keterlaluan, ya aku paham, aku bahkan melukai harga dirinya, namun apa yang bisa kita lakukan sekarang, semuanya sudah menjalani kesalah pahaman ini.
Dia juga tak bicara apapun, bahkan tak melihatku juga, aku yakin di dalam hatinya membenciku sedemikian rupa.
"Sen, makan dulu yuk"
"Duluan aja"
Yang paling menyakitkan, aku menerima semua perlengkapan Senja dari kedua orang tuanya tadi sore, sang Bunda terlihat sangat marah, namun berbeda dengan Pak Albani, dia berkaca-kaca, memintaku untuk menjaga sang anak sampai dia bisa melunakkan hati istrinya, dan baru saja aku dengar Senja juga berbicara dengan sang Ayah melalui saluran telephone dan dia menangis, untuk pertama kalinya hatiku hancur sehancur-hancurnya.
"Maafin aku Sen"
"Hmm"
"Apa kamu mau kita pisah?'
