Hatinya panas, emosinya memuncah, dan tak terkontrol, Jennie kadang bingung dengannya yang sekarang, dia selalu menyakiti perasaan semua orang tanpa dia sadari.
Meremas rambutnya kuat, menyesali setiap rangkai kata yang keluar dari mulutnya.
"Aishh bodoh Jennie"
"Aaakk"
Seperti biasa bukan hanya semua orang yang protes, janin kecil itu juga menunjukan rasa tidak sukanya dengan sikap sang Bunda, buktinya setiap Jennie marah dia akan marah dan alhasil Jennie akan merasakan sakit dibagian perutnya, entahlah setidaknya itu yang ada di otak Jennie saat ini.
"Iya iya nanti Bunda minta maaf sayang sakit udah ih" rengek Jennie.
Seperti mengerti, janin itu berhenti berputar, hingga Jennie bisa bernafas lega sekarang.
"Kenapa sayang perutnya?"
"Anak kamu marah kayaknya karena aku marahin Kakaknya"
Tatapan Albani menghangat, mengelus lembut perut Jennie yang terbalut daster kesukaannya itu.
"Jangan marah-marah lagi katanya Bunda"
"Maaf Yah"
"Minta maaf ke Atta ya bukan ke Mas"