Sudah terlalu larut, namun matanya enggan untuk mengatup, dia lelah hanya saja masih betah terjaga. Senja menyeruput teh lemon kesukaannya, menatap langit penuh bintang yang terlihat sangat cerah malam ini, padahal dia berharap semuanya sama dengan perasaannya.
Sedikit nyeri di dadanya, kala mengingat setiap malam diwaktu itu kala sang Ayah akan masuk ke dalam kamarnya untuk mengecheknya sudah tertidur atau belum, karena dia tau Jika Senja sangat menyukai bintang dan lebih memilih untuk menikmati kemerlipnya dibandingkan untuk memejamkan matanya.
Kala itu Albani mencium pucuk kepalanya, memeluknya erat, dan menceritakan omong kosong yang dengan bodohnya dia percaya sampai sekarang, yaitu kata bahwa Ayah sangat mencintai Senja.
Lalu kemana dia sekarang?, Apa dia pernah menanyakan kabarnya? Bagaimana perasaannya, apa dia sudah makan dengan baik hari ini, apa ada yang sakit, atau semembosankan apa kisahnya akhir-akhir ini.