Ursilla masih dalam keadaan lemas. Dia menumpukan berat badannya pada Lori. Kepala Ursilla bersandar di dada Lori dengan wajah malas. "Bawa aku kembali secepatnya, Lori. Hari ini sangat melelahkan..."
Lori mengamati raut wajah Ursilla dari samping. Memang benar bahwa wajah Ursilla pucat pasi, tetapi sorot mata sang putri terlihat berbinar-binar seakan telah memenangkan undian berhadiah.
"Mengerti, Master." Lori menuntun perlahan Ursilla dengan penuh kehati-hatian. Dia begitu bersabar membimbing Ursilla yang jelas sekali malas melangkahkan kakinya.
Lori menyadari adanya tatapan panas dari belakang. Dia bertatapan dengan tatapan sendu Fianna yang memandangnya sambil memasang raut wajah seakan patah hati. Lori merapatkan bibirnya yang sebelumnya terbuka, seakan ingin mengatakan sesuatu.
Pada akhirnya, Lori meluruskan pandangannya, mengabaikan tatapan patah hati yang menusuk punggungnya. Dia mengeratkan tangannya pada bahu Ursilla tanpa mengeluarkan sepatah katapun.