Elias memaksakan senyum walau ledakan amarah terpancar dari sorot matanya. Dalam hati dia memaki-maki anak laki-laki yang berani menyentuh adiknya. "Wah, Silla, Kakak sangat senang kamu mendapatkan teman pertamamu. Aku tidak sabar ingin melihat seperti apa 'teman rahasia' mu. Apakah dia salah satu anak dari keluarga bangsawan yang diundang dalam pestamu, Silla?"
Lain hati, lain pikiran, Elias meludahkan omong kosong yang begitu besar. Dia benar-benar ingin menyumpah serapahi anak laki-laki yang beraninya mendekati adiknya.
"Sayangnya dia bukan berasal dari keluarga bangsawan yang diundang, Kak. Tapi, bisa dibilang statusnya cukup menggantung karena masalah keluarganya. Jadi, aku secara khusus mengundangnya ke pestaku. Kak Eli tidak keberatan, 'kan?" Ursilla berusaha mati-matian menahan tawa yang akan meledak kapan saja menyadari wajah Elias kian tidak sedap dipandang.