Davin langsung murka saat mendapati Bryan—putranya—dalam keadaan baik-baik saja dan sedang asyik bermain bersama Dean—putra Arvin dan Berta—di ruang bermain rumah tersebut. Hati Davin yang sudah dipenuhi bara, membuat matanya turut melebar serta membangkitkan rasa kesal yang kini sudah tidak dapat ia redam.
Dalam keadaan se-demikian kacau karena api amarah telah menggerus rasa khawatir yang awalnya mengisi sanubarinya pasca mendapatkan kabar bahwa Bryan sedang sakit dari Clara, Davin memutar badan. Ia berjalan dengan langkah terburu-buru. Ia memasuki sebuah elevator rumah orang tuanya yang kosong. Ia berdiri di dalamnya, kesabarannya sudah terlanjur habis karena kebohongan sang istri.
"Wanita itu benar-benar sudah keterlaluan! Licik, sepertinya satu-satunya sifat terbaik yang dia milik!" ucap Davin ketika teringat tentang bagaimana Clara mempermainkannya, sampai rela mempergunakan putra mereka.