"Baiklah, aku akan segera ke sana. Jangan melakukan apa pun, tunggu aku dengan tenang, Dik!" ucap Edward sesaat sebelum mematikan panggilan masuk di ponselnya.
Pria bermata biru itu lalu menghela napas dan menatap lurus ke depan. Barusan, ia menerima telepon dari Davin, yang memintanya datang ke salah satu hotel milik Sinclair Real Estate. Edward merasa ada sesuatu penting dan serius, mengingat si pecundang gengsi sampai rela menghubunginya. Entah apa yang terjadi pada Davin, Edward tidak bisa membuat spekulasi tanpa memastikan terlebih dahulu. Ia hanya tahu suara adiknya itu terdengar cukup mengkhawatirkan.
