Chereads / BULAN DAN BINTANG. / Chapter 32 - Hujan.

Chapter 32 - Hujan.

Tiba-tiba hujan datang, mengguyur kota semarang. Tidak ada tanda-tanda mendung atau awan gelap. Sesaat setalah Bulan dan Bintang memasuki sebuah restoran hujan pun turun.

Suasana dingin dan sejuk menyelimuti kota semarang, dan mendukung suasana hati Bintang yang hendak menanyakan keputusan Bulan.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Bulan dengan nada ketus dan tatapan dingin, sedingin suasana saat itu.

"Aku ingin menanyakan keputusanmu," sahut Bintang.

"Ini terlalu cepat, aku belum sempat membicarakan dengan Stella." Bulan membuang muka kearah luar Restoran.

"Bukan Stella yang perlu di yakinkan." Bintang menarik dagu Bulan dan menghadapkan wajahnya kearahnya, "tapi kamu," ucap Bintang saat Bulan sudah menatap wajahnya.

Bulan menghempaskan tangan Bintang dan kembali memalingkan wajahnya. Jantungnya berdegup kencang, fokusnya mulai terganggu. Kotrol akan dirinya mulai goyah. Bulan teringat akan pertama kali mereka berhubungan.

"Silahkan." tiba-tiba pelayan datang dengan membawa satu nampan besar berisi pesanan Bulan Dan Bintang. Hal itu membuat lamunan Bulan buyar.

***

Disisi lain, Wibowo yang di beritahu akan keberadaan Bulan memasang wajah bahagia. Hal itu di rasakan pula oleh Anas. Mereka berniat akan menjemput Bulan dan Bintang, namun di cegah oleh Raka. Dan mengatakan akan kedatangan Bulan dan Bintang dalam waktu dekat.

"Kalian tidak perlu repot-repot pergi kesana. Karena dalam waktu dekat mereka akan ke jakarta." Raka mematahkan semangat mereka untuk menjemput Bulan, namun memberi angin segar pada Anas dan Wibowo, walaupun hal itu belum pasti.

"Kalau begitu kamu siapkan semua yang di butuhkan Bulan dan Bintang," seru Anas dengan mata berkaca-kaca.

"Pak Anas, Pak Wibowo. Ada kabar gembira lagi yang belum saya sampaikan," kata Raka dengan Serius.

"Apa?" tanya Wibowo dan Anas secata bersamaan.

"Mereka kembali ke jakarta tidak berdua saja, tapi bertiga," jawab Raka.

"Nathan kembali bersama mereka? Biarkanlah kalau begitu." Anas mencoba menebaknya.

"Bukan, Pak."

"Lalu?"

"Dengan Anak Bulan."

Mendengar jawaban itu, Wibowo dan Anas saling memandang kebingungan. Dan Raka paham akan hal itu. Segera ia menjelaskan.

Setelah mendengar penjelasan Raka, Anas menangis terharu, bahkan ia memeluk Wibowo dan saling mengucapkan selamat. Tangis haru semakin pecah saat Raka menunjukkan sebuah foto Stella bersama Bulan.

***

Setelah menghabiskan semua hidangan yang mereka pesan. Bintang mengajak Bulan untuk pergi dan menunggu Stella pulang. Namun Bulan menahan Bintang.

"Aku sudah membuat keputusan!" tiba-tiba suara Bulan menghentikan langkah Bintang yang sudah beberapa langkah meninggalkan meja nya.

'Deg'

Bintang yang tadinya hendak menanyakan keputusan Bulan merasa percaya diri. Namun saat Bulan hendak memberitahukan keputusanya, jantunganya berdetak 10 kali lehih cepat, dan ia kembali duduk di hadapan Bulan.

Tatapan yang mendalam di berikam oleh Bulan, sedangkan Bintang masih menata hati dan mentalnya agar siap menerima apapun keputusan Bulan.

"Aku..." Bulanpun merasa deg-degkan saat akan mengucapkan keputusannya.

"Aku memutuskan."

'Duaaarrrr'

Tiba-tiba sura petir memotong ucapan Bulan. Seketika Bintang memeluk Bulan yang duduk menutupi telinganya.

"Lebih baik, kita tunggu hujannya reda baru pergi." Bintang mencobaa menenangkan Bulan.

"Aku akan menelepon guru Stella."

Bulan segera menelepon Gurunya Stella, jika hujan tetap deras dan jam sekolah telah selesai maka Bulan meminta menunggu mereka sampai mejemput Stella.

Setelah melakukan panggilan pada guru Stella, Bulan melihat Bintang yang masih berdiri di sampingnya, dan tatapan yang mendalam.

"Kembalilah duduk." Bintang tersadar dengan ucapan Bulan dan segera kembali duduk.

"Lalu apa keputusanmu?" tanya Bintang.

"Aku akan pergi bersamamu," jawab Bulan dan membuat Petir lokal pada hati Bintang.

"Serius?" tanya Bintang untuk meyakinkannya.

"Iya, tapi aku harus mengurus semua disini terlebih dahulu."

"Oke, kalau begitu biar yang di jakarta di urus oleh Raka." Bintang tidak dapat menutupi kebahagiaannya, senyuman terus tersungging di bibirnya.

Begitu pula Bulan, ia mulai tersenyum hangat pada Bintang setelah mengutarakan keputusannya, walaupun belum seratus persen hatinya siap, namun ia lebih tidak siap jika melihat Stella terpisah dengan Bintang lagi.

Bulan segera menghubungi Lucas, untuk memberitahukan bahwa ia dan Bintang akan mengunjungi rumahnya malam nanti. Dengan cepat Lucas merespon pesan Bulan dengan jawaban pesan singkat, bahwa ia akan menunggunya datang. Bulan membaca pesan Lucas merasa senang seseorang yang selama ini berada di sampingnya tidak pernah memandang sebelah mata tentang kehidupannya. Bahkan setelah terjadi selisih paham dengan Bintang Lucas masih bersikap baik dengannya.

"Kamu membaca apa?" tanya Bintang penuh curiga.

"Membaca pesan Lucas," jawab Bulan.

"Oh, apa katanya?"

"Aku memberitahunya akan datang kerumahnya nanti malam bersamamu, dan dia tidak keberatan."

"Oh," ucap bintang dan menganggukan kepalanya,

"Apa kami keberatan?" tanya Bulan

"Tidak, aku hanya tidak enak dengan Dia. Aku sempat menuduhnya yang tidak-tidak."

"Dia orang baik kok, mangkanya kalau belum tahu aslinya jangan asal tuduh."

"Dia sendiri yang bilang kalau kalian sudah menikah," ucap Bintang dengan kesal.

Mendengar ucapan Bintang, Bulan juga merasa bersalah. Karena itu juga permintaannya untuk menutupi identitasnya, sehingga Bulan memilih diam.

Hampir dua jam sudah merek berada di restoran itu seraya menunggu hujan reda. Setelah hujn sedikit reda ia memilih pergi dari restoran itu. Namun di tenngah perjalanan hujan kembali deras. Sehingga membuat jarak pandang sangat minim. Dan Bintang memutuskan mengemudi dengan pelan.

Pengendara lain melakukan hal yang sama, menyalakan lampu dan berkendara dengan pelan. Beberapa menit kemudian angin beaar berhembus kencang. Beberapa kali petir terdengar gemburuh namun Bulan meminta tetap berjalan dan menunggu di dekat area sekolahan Stella. Bintangpun mengikuti permintaan Bulan.

Baru berjalan setengah perjalanan, jalanan macet dan mobil-mobil mulai berhenti.

"Ada apa sih?" tanya Bulan yang kebingungan dan menoleh ke belakang dan ke depan.

"Entah." Bintang mengangkat kedua bahunya dan memperhatikan beberapa meter di depannnya banyak orang berkerumun.

"Pak ada apa ya kok macet?" tanya Bulan pada seorang warga yang berjalan di pinggir jalan raya.

"Oh itu mbak, ada pohon tumbang karena petir," jawab seorang warga tersebut dengan basah kuyup karena membantu petugas pemadam kebakaran.

"Terima kasih pak," ucap Bulan dan kembali menutup kaca mobilnya.

Saat Bulan dan Bintang terdiam dalam situasi macet, para petugas pemadam kebakaran dan di bantu oleh masyarakat mengangkat pohon yang tumbang.

'DUAAARRR'

'BRAKKK

Tiba-tiba suara gemuruh petir dan di ikuti sesuatu yang membuat mobil Bintang terguncang.

"Angkat-angkat." suara dari luar mobil ramai-ramai saling bersautan.

"Sebelah sana."

"Evakuasi penumpangnya dulu."

"Hati-hati."

Masyarakat dan pemadam kebakaram yang sedang bertugas. Dan polisi mulai mengatur lalu lintas saat berhasil memindahkan separuh pohon besar yang menghalangi jalan di depannya.

Sedangkan Mobil yang menjadi korban pohon tumbang di evakusi dengan derek. Begitu pula mobil Bintang yang juga mengalami kerusakan.