Mobil melaju dengan kecepatan penuh menuju perbukitan, hingga mereka mulai mengurangi kecepatan jalanan yang berbelok-belok sekeliling hanya ada pohon pinus dan jurang yang sangat dalam. mobil yang mengikuti berlahan berputar arah untuk mencari cara agar mereka tidak menyadari jika mereka sedang di ikuti.
melihat pemandangan yang penuh jurang membuat sang penguntit mengerti tujuan mereka yang tidak lain akan membunuh Zahra. setelah menemukan tempat persembunyiannya dengan cepat dia menuruni jalan yang terjal. tak lama ia mendengar sebuah kendaraan datang keluarlah seorang wanita cantik.
"Apa ada yang mengikuti kalian ?"
" Tidak ada nona, tadi hanya mobil yang kebetulan berada di belakang mobil saya "
" Bagus! cepat lakukan aku tidak mau menunggu lebih lama lagi "
" Baik nona "
Berlahan pria itu mendorong mobilnya ke jurang, dan tak berapa lama terdengar suara ledakan yang memekikkan telinga, mobil yang berisi Zahra meledak kobaran api yang yang tinggi membuat wanita itu tersenyum puas.
Wanita itu pergi berserta orang suruhannya.
' Satu lagi yang harus aku lakukan, dan Brian akan menjadi milikku tanpa harus mengurus anak dari wanita sialan itu '
Jesi merasa apa yang di lakukannya telah berhasil tanpa ia sadari di bawah sana berapa orang tengah berusaha menyelamatkan Zahra.
" Tuan muda apa Anda tidak apa-apa ?"
" Tidak "
Pria yang di panggil Tuan muda dengan cepat membawa Zahra ke mobil, dengan kecepatan tinggi menerobos jalan yang berliku. tidak percaya kemampuannya mengendarai mobil di jalan berliku masih sangat lihai.
" Zahra bertahanlah sebentar lagi kita akan sampai kerumah sakit " tanpa terasa air matanya mengalir, untuk pertama kalinya ia menangis. ia sangat mencintai Zahra bahkan sejak dulu sebelum dirinya tau jika Zahra orang yang di cari sepupunya untuk balas dendam.
Setelah menempuh kurang lebih dua jam mereka telah sampai di rumah sakit terdekat. dengan cepat ia membuka pintu samping dan mengangkat tubuh Zahra dan berlari keruang UGD. teriakannya membuat orang yang berada di sana terkejut melihat penampilan pria itu dan wanita yang berada dalam pelukan.
" Dokter... dokter cepat selamatkan dia "
" Baik tuan baringkan wanita itu di sini, tolong anda keluar biar saya menanganinya "
" Baiklah..."
Pria itu menunggu di luar, pikirannya tidak karuan. wanita yang dia cintai kini kondisinya mengenaskan tubuhnya yang kurus wajahnya yang pucat pasi. ia mengingat bagaimana dirinya pengirim mata-mata di kantor Brian dan di kediamannya.
Flashback
Sekitar sebulan yang lalu, setelah mengetahui Zahra berada di kediaman Brian, bahkan sudah menjadi istri Brian membuat pria tampan itu merasa gagal menjaga Zahra. menjaga cintanya yang dari dulu ia pendam. namun instingnya yang tidak pernah meleset membuatnya bergerak cepat dengan menyuruh orangnya mengajak kerja sama dengan Brian.
" Pergilah ke perusahaan Brian buat kerjasama pastikan dia menerima kerja sama ini dan janjikan dia mendapatkan keuntungan yang besar dalam proyek ini "
" Baik Tuan muda " setelah menyuruh orangnya masuk ke perusahaan Brian, ia mengumpulkan pengawal terbaiknya.
"Kalian terus awasi rumah Brian, jika ada pergerakan yang mencurigakan segera hubungi aku "
" Siap tuan "
"Satu lagi awasi gerak-gerik wanita yang tua yang bekerja di kediaman Brian "
" Baik tuan "
"Sekarang pergilah "
' Zahra aku berjanji akan membebaskanmu dari pria brengsek itu '
Orang yang mengawasi kediaman Brian telah memberitaukan jika seorang wanita datang ke rumah Brian. ia tau jika wanita itu kekasih Brian yang tak lain adalah Jesi. hingga saat di mana ia di tau jika Jesi membawa Zahra dan berusaha membunuh Zahra.
di depan matanya ia menyaksikan bagaimana Jesi menyuruh orang untuk membunuh Zahra. andai saja dia datang terlambat sudah di pastikan jika Zahra akan terpanggang di dalam mobil yang terbakar. sedikit kesusahan karena kobaran api yang dengan cepatnya melahap seluruh badan mobil.
Flashback off
' Aku bersumpah akan membalas mereka semua yang telah menyakitimu Zahra, tidak akan aku biarkan mereka hidup dengan tenang '
" Brian tolonggg...a aku.."
" Jesi apa yang terjadi denganmu ?"
" Briann..."
terdengar Suara sesuatu yang terjatuh Brian tau jika itu pasti Jesi. dengan langkah lembar Brian pergi dari kantor dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
saat memasuki pekarangan rumah Brian merasa aneh semua pengawal yang berjaga di depan gerbang rumahnya tak satupun terlihat. membuat Brian merasa ada yang tidak beres dengan langkah lebar memasuki rumahnya dan berlari kearah kamar Jesi. alangkah terkejutnya melihat kondisi Jesi yang babak belur.
" Jesi katakan apa yang terjadi ?"
" Bria...Brian mereka datang "
" Siapa yang datang katakan Jesi " namun tubuh Jesi terkulai dalam pelukan Brian. dengan sigap Brian menopang tubuh Jesi dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
Namun terpikir dengan Zahra, Brian berlari ke kamar utama dimana dia menyekap Zahra di sana, sesampainya di depan kamar utama ia tak melihat pengawal yang berjaga di sana kebinggung semakin menjadi saat melihat kamar Zahra yang kosong. ia kembali kebawah dan melihat ke sekeliling rumahnya yang tak ada orang satupun kecuali Jesi. emosinya memuncak mengingat Zahra mengandung anaknya, meskipun ia sangat membenci wanita itu namun tidak memungkiri calon anaknya berada di rahim wanita itu.
setelah mengubungi dokter pribadinya. Brian kembali kekamar Jesi terlihat jelas luka di wajahnya. bibirnya yang mengeluarkan darah membuat Brian sangat marah darahnya mendidih melihat kekasihnya terluka. tak berapa lama dokter datang.
" Apa yang terjadi dengannya ?"
" Kerjakan dulu tugasmu jangan banyak bertanya, bukankah kamu seorang dokter harusnya kamu tau tanpa harus bertanya !"
" Menyebalkan...."
Usai memeriksa luka Jesi Rian menghampiri Brian yang tengah duduk di sofa.
" Bagaimana kondisinya ?"
" Dia tidak apa-apa hanya luka kecil dan.."
" Dan apa...?"
" Hhm..tidak ada ya sudah aku pergi, entah kenapa aku malas berlama-lama disini ?
" brengsekkk..." Brian melempar bantal kursi kearah Rian namun dengan sigap Rian menangkap dan melemparkannya kembali pada Brian sebelum akhirnya di berlari keluar.
setelah kepergian Rian. Brian berfikir dengan keras apa yang terjadi di rumahnya, tidak ada yang ia tanyakan kecuali pada Jesi. cctv di rumahnya telah di rusak semua.
' Siapa yang berani mengusikku. aku pastikan akan membunuhnya dengan tanganku sendiri '