Sebuah perjalanan karir
Suara Reni sontak membuatnya kaget. "I-iya Bu," jawab Mia gugup, hingga dia tidak sadar jawaban yang ia berikan belum menerangkan apakah dia mau atau tidak.
"iya apa?" Tanya Roni heran.
"Maksud saya, saya bersedia ikut," jawab mia melarat perkataannya dan dengan senyum yang dipaksakan.
Mana mungkin ia menolak perintah dari Reni. Itu hanya akan membuat wanita berbadan sintal itu bisa jadi dipecat dari pekerjaannya.
Perlu perjuangan dan usaha keras untuknya mendapat pekerjaan seperti sekarang.
Mia yang mempunyai badan sintal. Serta wajah yang kurang menarik, juga tinggi badan yang kurang membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris.
Tinggi badannya hanya 155cm berbeda dengan Nadia yang mempunyai tinggi 170cm.
Mia selalu ditolak saat melamar kerja. Karena kalah dengan pesaingnya yang mempunyai penampilan fisik lebih baik darinya.
Dulu saat sekertaris Roni banyak yang memutuskan resign. Tapi itu malah dimanfaatkan oleh Mia untuk melamar. Dan saat itu fisik sudah lagi tidak diperhatikan.
Hanya dibutuhkan seseorang yang mau sabar dengan kelakuan Roni. Namun sayang ia malah digantikan dengan Nadia secara tiba-tiba. Padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun pada pekerjaannya.
Reni juga meminta Mia mengatur jadwal ke Singapore. Mulai dari memesan tiket, transportasi sampai membuat janji dengan dokter di rumah sakit Singapore.
"Mia kamu atur semuanya ya. Tiket pesawat, keperluan saya, juga janji dengan dokter di rumah sakit Singapore ya?! Saya mau jadwal penerbangan paling awal." Perintah Reni pada Mia.
"Baik Bu, kalau begitu saya permisi dulu."
Mia lalu bersandar di kursi tunggu depan kamar perawatan Reni, dengan ponsel yang masih di tangan. Yang ia gunakan untuk mangatur semua yang dibutuhkan untuk pergi ke Singapore.
Mia memandangi layar ponselnya. Jarinya mengambang di atas benda tipis canggih itu. Ibu jarinya sangat berat untuk di turunkan menekan tombol konfirmasi pemesanan tiket pesawat.
Ia menarik napas panjang. Lalu menatap ke arah ke jendela kaca yang menampilkan pemandangan taman malam itu. Walau hari sudah malam tapi tempat itu masih menampilkan jelas apa saja yang ada di sana termasuk Roni dan Nadia. Yang saat itu dapat terlihat jelas dimata Mia. Mungkin Roni bosan berada di kamar sepanjang hari.
Mia mencoba menghibur dirinya sendiri. "Tidak apa-apa. Anggap saja jalan-jalan. Lagipula ini tidak akan lama kan?" Desahnya pelan.
"Lihat Nadia, dia bahkan tidak diajak ke luar negeri sepertiku bukan?" Gumamnya memaksakan senyum.
Mia memandangi Nadia dengan saksama. Mengapa tiba-tiba dia datang dan mengantikan posisinya menjadi sekretaris Roni. Dia juga dekat dengan Reni, pemilik perusahaan.
Dia juga beruntung. Karena dulu setelah gagal mendapatkan Roni. Tapi ia masih beruntung mendapatkan Adit. Pria manis yang banyak disukai karyawan lain. Termasuk dirinya.
"Kenapa juga bukan aku yang disuruh nemenin dia? aku akan baik-baik saja, tidak akan ada yang cemburu, kan aku jomblo, sedang Nadia?" Hal seperti itu tiba-tiba saja muncul dalam benak Mia.
Tiba-tiba Nadia melihatnya dari taman. Lalu tersenyum dan melambaikan tangan pada Mia. Membuatnya canggung dan reflek membalas senyum dan melambaikan tangan juga.
Mia segera menyingkirkan pikiran negatif tentang Nadia dari otaknya. Selama ini Mia dekat dengan Nadia. Mereka tidak pernah mempunyai masalah apapun.
"Semangat Mia!" ucapnya sambil mengepalkan tangan dan diangkat ke atas. Ia berusaha menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu Mia kembali fokus pada layar ponselnya. Mia lalu menekan tombol konfirmasi pemesanan tiket yang tadi sempat ia tunda.
Beberapa menit kemudian pekerjaan Mia selesai. "Akhirnya semua pekerjaanku sudah beres," ucap Mia lega. Mia dan Reni dijadwalkan akan pergi ke Singapore besok. Ia memang memesan penerbangan paling awal sesuai permintaan Reni.
Wanita berbaju berkemeja biru muda dengan rok sepan itu beranjak dari tempatnya duduk tadi. Dan bergerak menuju kamar Reni, untuk memberi tahukan keberangkatannya.
Setelah ia menyelesaikan semuanya ia diminta pulang oleh Reni. Agar esok bisa segera berangkat.
Beberapa menit berjalan. Kini ia sampai di parkiran rumah sakit. Ia buka mobilnya dengan remot otomatis di tangannya. Lalu masuk.
Ia masih belum mau beranjak dari tempat itu. Ia sejenak berpikir ia bosan dengan mobilnya dan ingin membeli yang baru dan yang lebih bagus. Padahal mobinya saat ini bagus dan harganya cukup mahal.
Mia memang seseorang yang ambisius. Ia selalu ingin lebih dari yang didapat sekarang. Dalam hal apapun.
Sesaat matanya menajam lalu menaikkan satu alis. Lalu bermonolog. "Aku akan membeli mobil baru, dan mendapat karir yang moncer di kantor, iya!"
Setelah berbicara seperti itu lalu ia menghidupkan mesin mobilnya dan melajukan mobilnya.
***
Sementara di taman Roni dan Nadia masih saja berada di sana untuk beberapa saat. Sampai jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Roni menyuruhnya mendorong kursi rodanya menuju kamar ibunya sebelum ke kamarnya sendiri.
Roni ingin memastikan kapan ibunya akan berangkat besok.
"Tolong antar aku ke kamar mama dulu ya, aku mau tahu kapan mama akan berangkat," pinta Roni saat hampir sampai di kamarnya. Dan diiyakan oleh Nadia.
Beberapa detik kemudian ia sudah sampai di dalam kamar Reni. Dan Reni masih belum tertidur. Ia juga menunggu kedatangan Roni.
"Mama akan berangkat besok pagi." Reni menjelaskan sebelum ia ditanya oleh anak sulungnya tersebut.
"A-aku… tidak bisa mengantar mama besok," ucap Roni terbata. Ia merasa seperti tidak berguna saat ini dengan keadaannya sekarang.
Reni terkekeh. "Kau sendiri aja seperti itu, bagaimana bisa mengantarku? Jangan konyol Roni. Urus saja dirimu sendiri, dan berjanjilah jangan berbuat aneh-aneh atau aku akan mati."
Mata Roni membelalak mendengar ibunya berkata seperti itu. "Jangan bilang seperti itu ma. Aku sudah katakan jika aku sudah menyesal, jadi- jangan khawatirkan aku lagi. Mama harus fokus pada kesembuhan mama," ucap Roni merasa kembali bersalah.
"Nadia laporkan kepadaku jika dia melakukan hal yang tidak-tidak, jangan segan-segan untuk menghubungiku ya?!" Pintanya pada Nadia.
"Iya Tante, Nadia janji," jawab Nadia tersenyum.
Mereka hanya berbincang sebentar setelah itu Roni dan Nadia kembali ke kamar Roni.
Malam ini Nadia akan pulang, dia tidak akan menemani Roni maupun Reni.