Lima menit yang lalu, Nea baru saja bisa tenang. Ia juga sudah puas berada di dalam dekapan Ezra yang hangat. Dekapan dan pelukan yang sangat Nea inginkan sejak awal. Baru bisa ia rasakan sekarang.
Andai saja waktu bisa diputar balik. Yang Nea inginkan hanya satu, yaitu dalam kondisi sama-sama ingat saat mereka berdua baru tersadar dari koma.
Jika sejak saat itu mereka berdua sama-sama ingat, tidak akan terjadi banyak hal yang serumit itu. Tidak juga terjadi hubungan spesial antara Nea dan Gilang. Tidak akan terjadi juga momen di mana Nea memergoki Gilang yang berada di rumah sakit dengan kondisi sedang mengantar perempuan lain yang ternyata dihamilinya.
Namun semuanya memang sudah menjadi takdir. Takdir dari sang penulis skenario semua ini. Menyebalkan, bukan?
Nea terkekeh saat Ezra menyeka mulutnya dengan tissu. Karena kedua sudut bibir Nea dipenuhi minyak kuah dari mie rebus kemasan.