Satu bulan kemudian.
Nea sedang berdiri di depan halaman parkir area kafenya. Ia berdiri dan diam sambil bersedekap dada. Melihat bangunan kafe pertamanya yang juga bisa disebut kafe utama. Di mana dulu bangunan itu hanya sepetak ukuran tiga meter kali tiga meter yang berhasil ia sewa kemudian ia beli untuk outlet kecil-kecilan. Lalu setelah usahanya semakin berkembang, ia bisa membeli bangunan kos-kosan dan ruko kosong di sekitarnya.
Ia membeli semua itu dari hasil kerja kerasnya. Lalu diratakan bangunan semua itu dan dibangun utuh menjadi kafe pertamanya yang sekarang ini.
Kafe utama yang sudah terdiri dari tiga lantai beserta ruangan kerja pribadinya, ruangan kerja manajernya, dan dua admin yang ia rekrut enam bulan yang lalu.
Nea tersenyum melihat usaha kerasnya yang bisa terbentuk secara bertahap hingga sekarang. Malahan sudah on the way membangun kafe keempat di Tangerang.
