Chereads / LEGENDA PETUALANG TERKUAT / Chapter 88 - Gereja Suci (II)

Chapter 88 - Gereja Suci (II)

satu per satu cahaya menyilaukan bersinar.

ketika Cahaya itu redup yang menandakan Rune Teleportasi berhasil diaktifkan.

Seseorang Muncul Dengan jubah Hitam yang menutupi tubuhnya beserta cadar putih yang melapisi wajahnya Dengan mata Berwarna Biru Aqua, tingginya sekitar 1,78 Cm dengan Kaki yang panjang memakai stoking hot dan Sepatu Hak menambah rasa menawan namun mematikan, Dikedua Pinggangnya mempunyai sarung senjata kecil, Sarung senjata kecil itu tempatnya Belati berada.

Dia maju Perlahan Di karpet merah dan Berkata:

"Salam Pemimpin"

"Selamat datang Elesia Ely Mist" Ujar Santo Agung.

Elesia mengangguk lalu Setelah itu dia kembali berjalan, Arah yang ditujunya Adalah tempat duduk sebelah kanan Dan tempat duduk itu menghadap kursi dari Sang Santo Agung.

Ketika sampai ditempat duduknya Ia kemudian duduk dengan Melipat kakinya bersilangan, stoking hitam yang memikat terpancar saat dia duduk ditempat khususnya.

Matanya Memandang Ke depan Disebelah Tempat duduk dari sang santo agung, Tepatnya Tempat duduk yang dihiasi kristal Es itu dan Berkata:

"Oh Kamu sudah kembali, Apakah itu kamu Lauriel?"

Lauriel yang mendengar suara yang menggoda Namun mematikan itu membalas ucapannya.

"Ya, Dasar jalang, Apakah kamu merindukanku?" Ujar Lauriel.

Mendengar ucapan itu Elesia tidak marah melainkan ia tertawa kecil, ia merasa cukup senang Lauriel Teman bercandanya berhasil kembali dari misi yang mematikan.

"Hebat, Kamu berhasil kembali. Kami menantikan Laporanmu Jalang" Ujar Elesia dengan terkekeh pelan.

Lauriel yang mendengar itu Sedikit gugup namun dia menenangkan dirinya dan Hanya mengangguk kearah Elesia.

Sinar cahaya yang Menyilaukan kembali muncul Saat ini melalui patung satu per satu Rune Teleportasi khusus mulai terhubung.

Seseorang muncul dengan penampilan Memakai jubah Sihir berwarna putih, Rambutnya berwarna Biru dengan model rambut Spike dengan mata Hijau Zamrud Dan Hidung yang mancung serta Pipi yang tirus menambah citra kedewasaan Yang tampan, dengan Tinggi 184 cm Orang itu Memakai celana panjang Berwarna hitam dan dengan sepatu Putih bergaris hitam ditengahnya menambahkan Rasa Gagah dan Berani.

Dia berjalan perlahan-lahan layaknya bangsawan Menginjak karpet merah dengan penuh irama hentakan kaki yang mulus.

Ketika sampai ditengah Ruangan Aula itu dia berkata:

"Salam Pemimpin"

"Selamat Datang kembali Demiz Dan Assane"

Demiz mengangguk menerima penyambutan itu dari pemimpinnya, Setelah itu Demiz segera Pergi Ketempat duduknya. Tepatnya disebelah Tempat duduk Khusus bertatahkan Kristal Es itu.

Demiz Mengerutkan keningnya ketika ia Melihat Seseorang duduk di kursi itu.

Demiz Melihat orang yang sangat dikenalnya Yang awalnya cantik menjadi lebih cantik dengan kulit halus dan putih bening itu. Dia tidak percaya apa yang dilihatnya sekarang adalah Wanita yang begitu Cantik dan mempesona.

"La..lau..riel?" Ujar Demiz kaget.

Lauriel menoleh kearahnya dan membalas ucapan Demiz.

"Ada apa Kakak?"

Perkataan itu yang paling dinantinya, Demiz Sangat bersemangat, Sebab Dia tahu Adiknya Lauriel dalam misi yang Sangat sulit jadi tempatnya disusupi oleh Iblis tingkat tinggi Dan Demiz tahu itu Apalagi Sang Pemimpin akan tetapi demi menjalankan Misi mereka berpura-pura tidak mengetahuinya.

"Astaga adik, Kamu sudah kembali. Selamat datang" Ujar Demiz Dengan membuka penutup kepala jubahnya dan tersenyum hingga mengeluarkan gigi putihnya.

"Ehh? Terimakasih" Ujar Lauriel Dengan menyipitkan matanya.

"Selamat datang kembali Kakak yang narsis"

"Huh? Aku bukan Kakakmu dasar Jalang" Ujar Demiz Kepada Elesia.

"katakan lagi dan percaya atau tidak kamu akan mati?" Ujar Elesia terkekeh pelan sambil mengeluarkan Belatinya dari sarungnya.

Demiz melihat belati itu memancarkan cahaya ketajamannya segera ia berkata:

"Adik tolong dia akan membunuhku" Ujar Demiz kepada Lauriel dengan nada memohon.

Lauriel mengerutkan keningnya lalu berkata:

"Elesia hanya bercanda kakak tenang saja okei?"

Demiz Tersenyum tipis dan Berkata

"Umm..baiklah"

Mata Demiz Masih melihat kearah Elesia, Setelah mencabut belatinya dari Sarung nya Elesia menoleh kearah Demiz dan menggerakkan Belatinya Kearah lehernya dan berbicara dengan pelan.

"K.E.M.A.T.I.A.N"

Demiz yang memandang itu segera berpura-pura tidak mendengarnya. Akan tetapi Telapak tangannya berkeringat.

Santo Agung yang menilai Tingkah Elesia berlebihan kemudian Menegurnya.

'Elesia Cukup'

Setelah Mendapat teguran itu Elesia hanya tersenyum dan menyarungkan kembali belatinya.

Setelah mendengar Santo menegur Elesia Keringat di telapak tangan Demiz berhenti keluar dan dia sekarang Tenang.

Sinar Cahaya menyilaukan kembali Terpancar, rune Khusus selesai bekerja.

setelah itu muncullah seorang perempuan mengenakan Pakaian gaun Merah.

Dia terlihat sangat cantik namun dewasa dengan wajah yang ramping dan hidung yang mancung dan dengan Matanya yang berwarna Kecoklatan dan ditelinganya yang tergantung sesuatu benda Yaitu anting, seperti Mutiara itu adalah anting khusus Artefak sihir untuk pendengaran jarak jauh yang dipakai oleh para mata-mata dalam menjalankan misi.

Dikakinya terdapat sebuah Sepatu Hak sekitar 5cm yang digunakannya, itu Berwarna merah-keemasan.

Cara berpakaiannya seperti seorang wanita bangsawan dewasa yang dihormati banyak orang dengan kaki yang panjang dan putih menambah esensi Daya tarik terhadap lawan jenis. Wanita dewasa itu Memakai Tongkat Panjang Berwarna Merah-kuning keemasan dan Diujung tongkatnya Mempunyai Ruby Khusus Unsur Api yang terus berputar. Tongkat sihir yang panjang menambah citranya menjadi bangsawan Kelas Atas atau Elite dengan Mempunyai tinggi Sekitar 190 cm Wanita dewasa ini mempunyai Ciri khas yang tak terjangkau diantara para bangsawan Elite.

Wanita dewasa itu berjalan diatas karpet merah dengan anggun ke tengah aula lalu berkata:

"Salam Pemimpin"

"Selamat datang Erina Erika Erdtuf" Ujar Sang Santo Agung

Setelah penyambutan dari sang pemimpin Erina Segera Berjalan ke tempat duduknya. Dia duduk disebelah kursi Demiz.

"Demiz"

"Hah?"

"Mengapa kamu begitu pendek?" Ujar Erina mengejeknya.

"Sialan kamu Menara Pengintai" Ujar Demiz membalas Ejekannya.

"Haha..Terimakasih atas pujiannya" Ujar Erina tersenyum Kecil.

Rune Teleportasi kembali Selesai. cahaya Yang menyilaukan kini Redup dan Muncullah Pria Tua. Pria Tua ini mempunyai Garis luka disebelah kanan pipinya menambah rasa Gagah dan brutal, tingginya mencapai 197 cm Dengan membawa Dua pedang Panjang yang disilangkan di belakang punggungnya. pria Tua ini Menggunakan Armor Emas Bercorak cakar Harimau disebelah kanan dadanya menambahkan kesan Petarung Murni. Dengan setelan Harimau Emas dan mata Hitam yang sedikit besar menjadikan Pria Tua ini terlihat seperti Jendral Sekaligus Pembunuh yang Ganas ketika bertemu dengan lawannya.

Majulah Pria Tua itu ketengah Aula, seperti biasanya langkah kakinya dipenuhi rasa Keadilan yang tinggi dan rasa kegigihan yang Kuat akan pertempuran. Setelah sampai ditengah aula Dia membungkuk lalu berkata:

"Salam Pemimpin"

"Selamat datang Zen Zil Rasd"

Setelah penyambutan dari sang Pemimpin,

Zen menuju Ketempat duduknya disebelah kanan tepatnya disebelah Kursi Erina.

Sebelum duduk Zen melepas Kedua pedangnya yang berada dibelakang punggungnya. Zen meletakkan senjatanya disebelah Kiri dari tempat duduknya.

Erina sangat menyukai pria yang lebih tinggi darinya maka dari itu Dia Berinisiatif membuat percakapan lewat Pemujian kepada Zen.

"Pedang yang bagus Jendral" Ujar Erina dengan senyum khas bangsawan nya.

Zen Menekuk kedua tangannya dan berkata;

"Nona Erina Terlalu memuji, Tapi Terima Kasih" Ujar Zen dengan Senyum.

Mendengar itu Wajah Erina Sangat Bahagia.

Demiz yang melihat pipi Erina memerah Langsung melontarkan pernyataannya yang mengejek itu.

"Pemuja Paman Tua" Ujar Demiz dengan jijik.

Erina Yang mendengar itu menoleh Kearah Demiz dan Matanya melotot lalu berkata:

"Katakan lagi dan aku akan mencopot gigi Putihmu itu"

Demiz Pura-pura tidak mendengarnya.

Erina yang melihat itu ingin sekali memukul rahang Demiz namun dia tidak berani sebab ada Sang Santo Agung yang sedang mengamati tindakannya.

Melihat Mata Pemimpin mengarah kearah Erina, Demiz Tersenyum Kemenangan.

Senyuman itu diperlihatkannya dengan Sangat terang-terangan Kepada Erina.

Erina yang melihat itu mengepalkan tangannya dan Hanya membalas Dengan senyuman kecil Kearah Demiz.