Lucas terus sibuk dengan ponselnya dan Zoa yang sedang membaca buku sesekali menoleh untuk memastikan pria itu. Meski memiliki wajah pucat Lucas tampak serius dengan urusannya yang tentu saja tidak diketahui oleh Zoa.
"Kau tidak lelah?" tanya Zoa khawatir pekerjaan Lucas akan mempengaruhi kesehatan pria itu.
Lucas menoleh dan menatap Zoa. "Lanjutkan saja bacaanmu. Aku tidak lelah."
Zoa mengangguk mengerti dan kembali membalik lembar bukunya. Meski begitu ada perasaan mengganjal dalam dirinya karena bagaimanapun Lucas sedang dalam masa penyembuhan. Gadis itu menoleh lagi ke arah Lucas dan masih melihat kegiatan yang sama. Lucas yang sibuk dengan ponselnya.
Zoa mencoba mengabaikan rasa pedulinya karena bagaimanapun ia tidak boleh ikut campur dengan urusan Lucas. Dirinya di sini hanya menumpang dan ikut campur dalam urusan orang yang ia tumpangi adalah ketidaksopanan. Zoa akan menahan dirinya.
Lucas yang selesai dengan urusannya menghembuskan napas dan menyimpan ponselnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang lalu memejamkan mata. Tubuhnya masih belum stabil dan sesekali ia bergetar dengan sendirinya, tetapi Lucas menahannya. Untuk kesekian kali ia tidak akan mau terlihat lemah meski dengan dirinya sendiri.
Zoa memperhatikan Lucas yang duduk dengan mata terpejam. Bibir pria itu pucat dan kering. Zoa menundukkan dirinya. Lagi-lagi merasa bersalah. Jika saja ia tahu bahwa di dalam minuman Lucas terdapat racun, ia juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi hingga membuat Lucas terbaring hingga tujuh jam lamanya. Sebenarnya kenapa dengan semua orang yang ingin melukai Lucas?
"Katakan saja jika ingin bicara."
Zoa sedikit tersentak sebab Lucas tahu ia tengah memperhatikan pria itu saat Lucas bahkan sedang memejamkan mata. "Kau … baik-baik saja?"
Lucas membuka kelopak matanya. Menoleh dan melihat Zoa yang terlihat penasaran akan dirinya. "Hm."
Zoa mengangguk mengerti. Ia memainkan jarinya yang membuat Lucas melirik gerakan gadis itu. Kenapa lagi dengan dirinya? Hanya melihat putaran jari kecil sudah menahan senyuman? Ini aneh. Sungguh aneh.
Lucas beranjak dari duduknya dan berjalan menuju balkon. Zoa yang berada di sana perlahan mengikuti jejak pria itu untuk mengetahui apa yang akan dilakukan. Lucas hanya diam dan melihat langit dan Zoa yang berada di ambang pintu menatap pria tersebut. Zoa segera kembali ke dalam.
Lucas melirik Zoa yang kembali masuk ke dalam lalu beralih fokus dengan langit di atas sana. Gelap nan pekat. Tidak ada bintang yang memiliki sinar indah dan bahkan bulan hanya setengah dan sedikit redup. Malam yang sepi.
"Bungkus dirimu dengan selimut. Udara dingin."
Lucas memperhatikan bagaimana tubuhnya diselimuti oleh Zoa dan perasaan hangat yang mengalir. Lucas hanya dam dengan Zoa yang memastikan tubuh Lucas tertutup dengan selimut yang ia bawakan. Gadis itu tersenyum dan mengangguk setelah memastikan selimut terpasang dengan baik.
"Kau masih tidak berterimakasih?"
Lucas menatap Zoa yang kembali menuntut dirinya dengan ucapan terimakasih. Ia diam saja karena sekali lagi ini inisiatif gadis itu sendiri tetapi kenapa terus meminta Lucas berterimakasih?
"Baiklah. Aku akan kembali ke dalam kalau begitu. Jangan terlalu lama di luar. Kesehatanmu belum benar-benar baik."
Zoa baru saja akan kembali masuk saat suara Lucas terdengar samar. "Terimakasih."
Zoa teersenyum dan berjalan masuk ke dalam lagi. Ia akan memantau Lucas dari dalam dan melanjutkan bacaan bukunya. Sepertinya pria itu butuh waktu sendiri atau memang suka menyendiri? Entahlah.
Lucas kembali dengan fokusnya menatap langit di atas sana. Meski terlihat sepi tetapi Lucas merasa tenang saat melihatnya. Udara dingin berhembus tidak membuat Lucas terganggu sedikitpun. Tubuhnya lelah dan ingin sebuah dekapan, tetapi tak pernah ia rasakan. Entah mengapa sampai saat ini ia masih merasa ada yang kurang dalam dirinya.
"Kau tahu dirimu lebih banyak daripada orang lain."