Chereads / MAFIA And VEILED GIRL / Chapter 66 - 66. Tuannya Yang Lain

Chapter 66 - 66. Tuannya Yang Lain

"Tuan lenganmu," peringat Xian yang masih menatap khawatir pada tuannya. Ia juga melirik sebentar lengan Lucas yang berdarah.

Lucas mengalihkan pandangannya. Menatap lengan kirinya yang masih setia mengeluarkan cairan kental berwarna merah pekat ke lantai lalu tersenyum simpul.

"Apa aku terlihat lemah, Harry?" tanyanya tanpa menoleh pada pria tangan kanannya itu. Matanya masih senantiasa fokus pada lengan berdarahnya serta tetesan darah yang keluar.

Ya ... Xian yang tak lain adalah Harry hanya diam mendengar pertanyaan tuannya. Ia sudah menduga itu akan terjadi setelah ia menembak mati musuhnya.

"Apa yang kau bicarakan, Tuan. Itu tidak benar." 

Lucas tersenyum miring. "Berapa banyak orang yang sudah ku bunuh?" 

Harry terdiam. Bukannya ia tak mau menjawab, hanya saja ia tak mau tuannya lebih terluka mendengar jawabannya. Lucas memang tak pernah menampakkan kesedihannya pada orang lain, tapi Harry tau kalau tuannya itu suka sekali menyendiri dan memikirkan kejadian sebelumnya. Itu menyakiti tuannya dalam satu waktu.

Lucas tertawa sumbang. "Sangat banyak hingga kau tak bisa menghitungnya, kan?" 

"Tuan…"

Lucas mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan Harry agar ia diam. Ia hanya ingin di dengarkan untuk saat ini. Seharusnya Harry tau itu.

"Aku benar-benar brengsek, Harry," ucap Lucas lemah dibarengi tubuhnya yang melorot jatuh berlutut di depan mayat Robert dengan kepala menunduk dalam. Tuannya benar-benar terlihat rapuh di depan matanya.

Harry. Pria itu mencoba tetap tenang dengan perubahan tingkah tuannya, tetapi matanya tak bisa berbohong. Mata itu terlihat jelas mengkhawatirkan orang yang selalu mencoba bahagia di depannya. Orang yang selalu menampakkan wajah dingin dan tatapan menusuk pada orang lain yang sebenarnya sangat terluka di dalam sana. Ya ... itu tuannya. Tuan agung dengan kehidupan palsu yang dijalaninya.

"Apa ucapan wanita itu benar? Haha ... aku akan mendapatkan balasan dengan apa yang sudah ku lakukan , Harry?" tanya Lucas lagi, kali ini ia menatap kosong mayat Robert.

"Jangan pikirkan ucapan wanita gila itu, Tuan. Dia hanya wanita yang asal dalam bicara," sahut Harry mencoba menenangkan tuannya.

Lucas menoleh. Tersenyum samar mendengar jawaban bohong Harry. Bisa ia lihat kalau pria tangan kanannya itu masih menatap khawatir padanya. Ia tau Harry tak akan menghianatinya meski Lucas menyiksanya dengan sadis. Harry akan tetap setia padanya. Harry akan terus mendukung setiap ulahnya. Ia bahkan tau Harry akan melakukan apa saja yang ia inginkan meski itu menyakiti perasaannya sendiri. Entah itu benar atau tidak, tapi firasatnya mengatakan hal itu tentang Harry. Ia terlalu memercayai Harry ternyata.

Lucas lantas berdiri dan mulai berjalan mendekat pada Harry. Menepuk pelan pundak Harry saat melewatinya sebelum keluar dari ruang eksekusi. Ia bahkan tak peduli jika semua anak buah akan melihat wajah aslinya. Ia benar-benar tak peduli tanggapan mereka.

Harry menghela napas panjang melihat punggung Lucas yang mulai menjauh. Ia tau tuannya sedang tidak baik-baik saja. Ya ... selalu seperti itu setelah melakukan apa yang sebenarnya tak ingin ia lakukan. Seandainya dulu tuannya tak mengetahui kenyataan dan tak menerima penghianatan, mungkin pria tampan itu akan selalu tersenyum bahagia dengan kehidupannya. Bahkan ia tak perlu masuk dalam dunia hitam nan gelap seperti saat ini. Tak mungkin ada pembunuhan atau tubuh terluka, yang ada hanya senyum ketulusan dan kabar membahagiakan. Tapi perlu di perjelas lagi, jika seandainya …

"Bersabarlah, Tuan. Kau akan menemukan kebahagiaanmu setelah masa penderitaan ini. Aku yakin Tuhan tak sejahat itu untuk terus menghukummu," lirih harry pelan lalu berjalan mendekat pada mayat Robert di sana. Beberapa menit ia hanya menatap dalam diam pada wajah pucat dan dada penuh darah yang terkoyak karena peluru yang di gunakan tuannya akan meledak di dalam tubuh manusia. Ia kembali menghela napas lelah. 

"Aku pun akan melakukan hal yang sama seperti Tuan jika ada yang menyakitiku. Selamat tinggal, Tuan Robert Smith. Ku harap kau menyesali perbuatanmu di sana." 

Setelah mengatakan hal itu, Harry lantas keluar dari ruangan untuk menyusul tuannya.