"Seret mereka!" perintah Harley dingin. Matanya menatap tajam pada beberapa anak buahnya yang sudah babak belur di lantai dingin ruang eksekusi karena murkanya.
Beberapa anak buah lain segera melaksanakan perintah tuannya. Menyeret tubuh pria-pria itu menuju kursi yang telah disiapkan khusus untuk mereka para penghianat.
Harley melangkah ke meja penuh senjata dengan napas yang ia coba normalkan kembali setelah ia menghajar para penghianat yang lagi-lagi ia temukan dalam kelompoknya. Ia mengambil salah satu pistol yang nampak baru, tentu ia ingin mencoba kemampuan dari benda itu. Seringaian kecil keluar dari bibirnya saat menatap pistol ditangannya.
"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Harley mulai mendekat ke arah beberapa orang yang sudah tak berdaya di atas kursi itu.
Tak ada sahutan dari kelima orang yang telah duduk di kursi yang sangat dihindari oleh para anak buah Harley tetapi mereka kini duduk dengan tubuh tidak berdaya. Ia lantas mengarahkan moncong pistolnya tepat di depan wajah pria yang sudah sangat pucat dibanding temannya yang lain. Dan ...
Dorr!
Tembakan itu tepat berada di kening, membuat tubuh yang semula tidak berdaya itu semakin tak bisa melakukan apapun setelah nyawanya melayang dengan sempurna. Harley tersenyum sinis lalu mengalihkan pandangannya ke orang lain di depannya.
"Apa kalian masih tak mau mengaku siapa yang menyuruh kalian hingga berpaling dariku?" tanya Harley menatap tajam pada empat orang anak buahnya yang tersisa.
Lagi, tak ada sahutan dari mereka. Itu semakin membuat mata Harley berkilat marah menatap mereka. Berani sekali mereka menghianatinya setelah beberapa tahun setia padanya. Bajingan macam apa yang telah berhasil membuat mereka berpaling dari perintahnya. Bukan ... tidak seharusnya mereka berpaling darinya jika mereka benar-benar pengikut setianya tapi nyatanya mereka berani melangkah ke jalan kematiannya sendiri. Jelas itu bukan salah Harley jika harus menghukum mereka dengan menghilangkan nyawa sebab itu adalah perjanjian awal sebelum mereka diterima dikelompok hitamnya. Dan … sekarang mereka menghianatinya.
Harley mengambil pistol dengan moncong cukup panjang. Ia membidik satu orang di depannya. "Ku berikan satu kesempatan lagi untuk menjawab. Jika kalian tetap bungkam, peluruku tak segan-segan menembus jantung busuk kalian," ucapnya mendesis tajam. Ia tetap mengarahkan moncong pistolnya pada pria yang telah babak belur itu.
"Siapa yang menyuruh kalian!?" desisnya tajam.
"Erg Mavilstone," jawab salah satu dari mereka. Mereka sudah tak mampu lagi mengelak. Pada akhirnya mereka tetap menurut pada kata-kata tuan mereka.
Harley mengeluarkan smirk-nya mendengar jawaban pria itu. Ternyata dugaannya benar. Siapa lagi pria gila yang mau berurusan dengannya melebihi Erg? Tunggu. Apa Erg tak tau siapa dibalik nama ketua gengster terbesar di negerinya ini? Kenapa ia mencari masalah dengan kelompok gengsternya? Apa ia sudah tau kalau Harley adalah Lucas? Tapi tidak mungkin. Identitasnya masih sangat rapi disembunyikan oleh Harry dan Mike. Ia juga setiap ke markas selalu menggunakan topeng kulit wajah palsunya bahkan seluruh orang-orang di markas tidak ada yang tau siapa ia sebenarnya. Lalu?
"Dapat berapa juta dollar kalian hingga memutuskan bergabung dengannya? Apa bayaran yang ku transfer direkening kalian masih kurang?"
Mereka menggeleng. "Tidak, Tuan. Itu sudah lebih dari cukup," jawab mereka.
Harley menaikkan satu alisnya. "Lalu dengan alasan apa kalian berani menghianatiku?"