Woosik mengangkat setiap keranjang yang telah berisikan apel-apel merah yang telah ia petik bersama yang lainnya.
Jangan kira kegiatan memanen apel mereka telah selesai, karena masih banyak sekali jumlah apel yang belum mereka petik.
Biasanya jika sedang panen besar seperti ini, mereka bisa sampai sore menghabiskan waktu di perkebunan ini untuk memanen.
Itu karena seperti yang ku katakan sebelumnya, kalau perkebunan ini sangatlah luas.
"Woosik-ah!" panggil seorang wanita yang berjalan ke arahnya.
Woosik sang pemilik nama langsung berbalik. "Eoh! Sujin noona!" seru Woosik.
Sujin telah berada di depan Woosik dengan topi khas farmers yang ia kenakan. Terlihat cocok untuk Woosik yang memiliki wajah yang cukup tampan.
"Apa kau mencari ku?" tanya Sujin. Ia kan memang kemari karena perkataan Jun tadi kepadanya.
Woosik mengangguk. "Iya aku mencari noona tadi," ucap Woosik membenarkan ucapan Sujin yang sedikit lebih tua darinya itu.
"Ada apa? Kenapa kau mencari ku?" tanya Sujin.
Woosik membawa keranjang berisikan apel itu ke depan kaki Sujin. Sujin mengerutkan alisnya merasa bingung. "Apa?" bingung Sujin.
Woosik mengeluarkan cengiran andalan nya. "Bantu aku untuk memilah apel-apel ini noona..." ucap Woosik dengan sok imut. Yang membuat Sujin serasa ingin memukul Woosik saat ini juga.
Dan yah, inilah alasan kenapa Woosik mencari Sujin dengan heboh nya. Sampai-sampai menanyakan keberadaan Sujin ke farmer yang lainnya.
"Hanya ini? Ini alasan kau mencari ku?!" ucap Sujin.
Masih dengan cengiran yang sama, Woosik meraih tangan Sujin dan menggoyangkan tangan Sujin ke kanan dan kiri. "Noona... ayolah noona bantu aku..." rengek Woosik.
"Aku tidak mau!" tolak Sujin dengan mentah-mentah.
Woosik menatap Sujin dengan memelas. "Noona... please..." ucap Woosik dengan nada yang terdengar menyedihkan.
Sujin menghela nafas. Jika sudah seperti ini Woosik tidak akan berhenti hingga ia menuruti permintaan nya itu.
"Baiklah... baiklah! aku akan membantu mu," ucap Sujin dengan pasrah. Mau bagaimana lagi.
Woosik pun langsung tersenyum dengan senang. "Yes! Sujin noona memang yang terbaik," seru Woosik.
...
Di sinilah mereka berdua berada. Siapa lagi memang nya kalau bukan Woosik dan Sujin yang dengan pasrah membantunya Woosik.
Di depan mereka telah terdapat tiga keranjang apel yang telah di petik oleh Woosik. Baru setengah yang apel yang mereka telah pilah-pilah.
Yah, mereka harus memilah-milah apel yang baru saja mereka petik itu. Karena mereka akan memasukkan apel-apel ini ke dalam supermarket yang ada di Seoul, yang mana adalah ibu kota Korea Selatan.
Tapi bukan sampai di sini saja prosesnya, mereka nanti akan membawanya ke rumah industri buah-buahan dari perkebunan ini. Untuk di sterilkan, di tempelkan label, dan juga pengemasan.
Seperti itulah prosesnya, tidak langsung seperti yang kalian bayangkan.
"Noona..." panggil Woosik.
"Ada apa?" sahut Sujin sambil memilah-milah apel itu.
"Menurut noona, Jun hyung itu orang yang seperti apa?" tanya Woosik.
Sujin yang tadinya sibuk menatap apel-apel itu, langsung menatap Woosik yang duduk di hadapan nya pada sebuah kursi plastik kecil.
"Tuan Jun?" ucap Sujin.
Woosik mengangguk. "Iya noona. Menurut noona, Jun Hyung itu bagaimana?" tanya Woosik kembali.
Sujin mengerutkan alisnya. "Kenapa kau bertanya seperti itu Woosik-ah?" heran Sujin.
Tentu saja ia merasa heran. Tidak biasanya Woosik bertanya seperti ini kepada nya. Biasanya Woosik hanya menanyakan beberapa hal yang tidak penting.
Woosik melepaskan topi yang sudah ia kenakan sedari tadi. "Entahlah noona... aku sering kali melihat Jun hyung yang duduk termenung," ucap Woosik.
Yah, sering kali Woosik tidak sengaja melihat Jun yang duduk sendirian dan termenung. Dan ia baru saja menyadari hal itu beberapa hari yang lalu.
Ia memang sering melihat nya, tapi Woosik tidak terlalu menyadari nya saat itu. Dan itulah alasan nya Woosik baru mengatakan nya saat ini.
"Termenung? Benarkah?" ucap Sujin.
Woosik mengangguk. "Iya noona. Apakah noona tidak menyadari hal itu?" tanya Woosik.
Sujin menggeleng. "Tidak. Dan soal pertanyaan mu tadi, menurut ku Tuan Jun pria yang sangat baik."
"Lihatlah, bagaimana dia memberikan pekerjaan kepada kami semua. Tuan Jun juga pria yang sangat ramah benar kan?" ucap Sujin.
Woosik terdiam. Benar yang di katakan oleh Sujin. Jun itu sangat baik, semua penduduk di Daegu ini menyukai Jun.
Bahkan anak-anak sekali pun sangat menyukai Jun. Karena Jun yang selalu bermain bersama mereka.
Jun juga memiliki sifat yang mudah bergaul dengan siapa saja.
"Sujin noona benar. Jun hyung pria yang sangat baik. Dia bahkan sangat mencintai Hana noona," ucap Woosik.
"Lantas, kenapa kau mengatakan kau kau selalu melihat Tuan Jun termenung?" tanya Sujin yang tentu saja merasa penasaran.
"Sujin noona. Aku memang selalu melihat Jun hyung termenung, meskipun aku baru menyadarinya saat ini," ucap Woosik.
Woosik kemudian terdiam sejenak. "Saat aku melihat Jun Hyung seperti itu. Aku seakan-akan dapat melihat kesedihan pada kedua matanya," ucap Woosik.
...
Tangan Jun memakai kan sebuah sarung tangan pada tangan milik kekasihnya. "Nah, honey sudah selesai," ucap Jun.
Jangan tanyakan bagaimana merah nya kedua pipi Hana saat ini. Meskipun Jun sangat sering melakukan hal manis seperti ini kepada nya, tapi tetap saja ia merasa malu.
Maksud ku adalah, siapa yang tidak akan merona jika kau di pelukan dengan sangat manis oleh orang yang kau cinta, benar kan?
"Sekarang aku akan menunjukkan kepada mu bagaimana cara memetik apel, honey," ucap Jun.
Hana pun mengangguk, ia bersiap untuk memerhatikan Jun yang akan memetik apel itu.
"Honey, lihat... kau harus memetiknya seperti ini. Lalu putar dengan perlahan, agar buah nya tidak rusak," jelas Jun mempraktekkan nya kepada Hana.
Jun memberikan apel yang telah di petik nya itu kepada Hana. "Cobalah honey..."
Hana menerima apel itu dan mengigit nya. Dan kedua mata Hana langsung membulat. "Chagi... ini sangat manis..." seru Hana.
Benar, apel itu sangat manis. Lebih manis dari apel yang dulu selalu ia beli sewaktu tinggal di Seoul. Yang harganya bahkan bisa di katakan cukup mahal.
Jun mengusap rambut kekasihnya. "Sangat manis bukan? Seperti diri mu honey," ucap Jun.
BLUSH
Kedua pipi Hana langsung se-merah apel yang di pegang nya itu. "J-Jun..." malu Hana.
Jun terkekeh. "Baiklah... baiklah, sekarang kau coba petik apel-apel itu honey," Hana mengangguk.
Hana melakukan seperti apa yang Jun katakan kepadanya. Ia memilih apel yang paling merah dan besar, lalu memetik nya seperti yang Jun contoh kan kepadanya.
TIK
"Chagi! aku berhasil!" seru Hana saat telah memetik apel itu.
Dan sikap imut kekasihnya itu seketika membuat Jun merasa gemas. "Good job honey," puji Jun.
Namun sepertinya ada yang menarik perhatian Hana, saat melihat wajah kekasihnya. "Chagi..." panggil Hana.
"Ada apa honey?" sahut Jun.
Hana meletakkan apel yang baru di petik nya itu ke dalam keranjang. Ia lalu melepaskan sarung tangan nya, tetapi hanya bagian kanan saja yang ia lepaskan.
Tangan nya terjulur mengusap ujung mata Jun dengan lembut. "Luka ini sangat membekas..." ucap Hana dengan sendu.