Nah, selesai." Ujar Sasya setelah mengobati luka Bryan. Wanita itu beranjak berdiri sambil membereskan kotak obat yang kini dipegang olehnya. Sasya melihat suaminya itu meringis, mungkin merasakan sakit di lukanya yang cukup dalam.
Bryan menggigit bibirnya, menahan sakit yang teramat dipunggung juga pundaknya. Bryan bersandar di kepala ranjang.
"Terimakasih sayang." Gumam pria itu begitu lega saat berhasil duduk.
Sasya tersenyum kecil, ia berjalan menaruh kotak obatnya di lemari. "Sama-sama Bryan." Kepalanya menoleh menatap suaminya.
"Oh iya, aku mau siapin makanan buat kamu dulu ya." Pamit Sasya. Wanita itu melangkah keluar dari tempat peristirahatannya.
Setelah kepergian Sasya, Bryan termenung sejenak kemudian mengangguk pelan.
"Hmm.. aku harus menyelidiki, siapa yang berniat mencelakai aku dan istriku." Gumam pria itu.
Bryan menghela nafas, ia tidak bisa mengandalkan Farrel untuk sekarang ini. Karena asistennya juga terluka cukup parah.