Kelopak mata Bryan terbuka perlahan, dark purplenya menatap Sasya dengan lembut. Ia sangat khawatir ketika melihat wajah pucat istrinya. Pagi tadi Bryan sudah dibuat syok oleh Sasya karena pingsan ditaman.
Tatapan Bryan beralih pada perut Sasya yang sudah terlihat buncit.
"Baik-baik disana sayang, tumbuhlah dengan sehat. Jangan nakal sama mama." Bisik Bryan dengan nada lembut. Ada rasa hangat yang menjalar didadanya ketika mengusap perut Sasya, ia bahagia. Tidak sabar menanti kelahiran buah hati mereka.
"Sudah puas menatap wajah tampanku sayang?" Goda Bryan saat tatapan matanya bertemu dengan iris Rubby milik istrinya.
Sasya tersenyum, mencubit hidung mancung suaminya. "Aku gak akan pernah puas liatin wajah tampan kamu Bryan." Ujar Sasya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Begitu ya? Apa kamu tidak akan bosan hm?" Tanya Bryan bercanda.
"Tentu saja aku takan pernah bosan padamu suamiku." Ujar Sasya secepat kilat.