Mereka sudah sampai di pemakaman, banyak para rekan bisnis Aby Alvaro dan para kerabat juga hadir.
Sasya berdiri tegak menyaksikan jasad sang ayah diturunkan ketanah. Gladys disampingnya merangkul sang nyonya. Gladys tidak tahu bagaimana perasaan Sasya saat ini. Namun ia berusaha menghibur sang nyonya.
"Gladys, kalau kamu pikir aku sedih. Kamu salah." ujar Sasya setengah berbisik. Gladys tak berniat membalas kata-kata Sasya.
Sasya bisa melihatnya dengan jelas, kini tiba saat dirinya dimintai untuk menabur bunga. Sasya pun melakukannya dengan baik. Satu persatu orang yang ikut melayad pun pergi.
Dada Sasya terasa sesak, meski semasa hidupnya Aby Alvaro tidak pernah bersikap baik padanya. Tapi bagaimana pun juga didalam tubuhnya mengalir darah sang ayah.
Sasya mencengkeram ujung bajunya. Disini.. seperti ketika enam belas tahun yang lalu. Dirinya terpaku di depan makam orang tuanya. Disamping makam Aby Alvaro, ada Meyla Arletta. Ibundanya.