Max Julius mendengus kesal dan terlihat sedikit gusar. "Dokter itu! Sampai kapan dia akan terus mengganggu hubunganku dengan Junny Darlingku? Sampai kapan dia baru akan berhenti mengharapkan wanita yang jelas-jelas tidak mencintainya dan yang jelas-jelas sudah menjadi milik orang lain?"
"Kentara sekali kau begitu tergila-gila pada Junny Belle, Max Julius… Tahukah kau selama ini dia mengidap kanker darah dan tidak berani menerima perasaanmu adalah karena penyakit kanker darah ini?" tanya Aira Antlia dengan sorot mata serius.
"Seandainya saja aku tahu dari awal, dia tidak perlu ragu lagi menerimaku dan kami akan hidup berbahagia sekarang… Aku yakin aku bisa menyembuhkannya…"
"Kau seyakin itu?" Aira Antlia mengerutkan dahinya.
"Begini loh, Aira Sayangku…" Clark Campbell pun melantunkan sepenggal cerita mengenai kecelakaan mobil parah yang dialaminya ketika ia masih kecil dan kecelakaan yang juga dialami oleh Pak Concordio Campbell dan ada sejenis obat yang bisa menyembuhkan segala luka dan penyakit.
"Benarkah ada obat semacam itu? Kau ada obat itu di tanganmu sekarang?" tanya Aira Antlia masih dengan dahi yang mengernyit tajam.
"Belum ada… Tapi bukan berarti aku takkan mendapatkannya, Aira. Aku tahu di mana aku bisa menemukannya… Intinya sekarang adalah aku harus bisa menemukan dulu di mana Junny Darlingku berada sekarang," kata Max Julius penuh keyakinan dan kesungguhan.
"Bersyukur banget deh jika benaran kau ada obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya itu, Max…" celetuk Aira Antlia antara percaya dan tidak percaya.
"Kalian semua pasti tak percaya padaku. Aku sudah menduganya. Namun, akan kubuktikan kebenarannya nanti. Benaran ada obat semacam itu. Kalian lihat saja nanti… Setelah aku menemukan di mana Junny Darlingku berada, aku akan menyembuhkannya dengan obat itu. Dengan demikian, takkan ada alasan lagi baginya untuk menolak perasaanku."
Makanan dan minuman pesanan Aira Antlia datang. Kali ini seorang pelayan wanita yang menghidangkannya. Clark Campbell mengangkat sedikit sudut bibirnya. Mungkin si pelayan pria tadi sudah keder berurusan dengan wanita yang jelas-jelas sudah menjadi milik orang lain.
"Semoga saja kau cepat menemukannya, Max Julius… Terus terang saja… Kalian sudah terlalu lama menderita…" kata Aira Antlia.
"Dan bagaimana dengan Qaydee Zax Thomas itu? Apa rencanamu terhadap hubunganmu dengan Qaydee Zax Thomas itu ketika kau sudah menemukan di mana Junny Belle berada?" celetuk Clark Campbell.
"Oh, Clark… Sejak awal kau tahu dialah yang mendekatiku dan aku tak pernah memberinya harapan…" kata Max Julius.
"Tapi kau tidur dengannya kan?"
"Belakangan ini aku ada dengar selentingan-selentingan dia juga ada tidur dengan beberapa lelaki lain di belakangku…" balas Max Julius cepat.
"Dan kau mendiamkannya begitu saja?" Clark Campbell mengerutkan dahinya.
"Kan aku juga bersalah terhadapnya – tidak pernah mencintainya selama ini dan hanya berutang budi saja. Kudiamkan saja deh… Lagipula, perhatianku sekarang terfokus ke menemukan Junny Darlingku secepatnya. Aku harus lebih dulu menemukannya, tidak boleh si dokter jantung itu. Aku tidak ingin dia ikut campur lagi ke dalam hubungan kami dan berdiri di tengah-tengah antara aku dan Junny Darlingku."
"Setahuku Dokter Norin Apus Brown itu begitu tergila-gila pada Junny Belle, Max Julius. Seandainya saja nanti dia yang lebih dulu menemukan Junny Belle, kau harus bekerja ekstra keras supaya Junny Belle bisa kembali berada di sisimu. Apalagi mengingat Junny Belle juga tahu soal hubunganmu dengan Qaydee Zax kan?"
Max Julius kontan menundukkan kepalanya – merasa bersalah terhadap sang bidadari cantik kesayangannya. Rasa bersalah kian menggeligit dan menggelimuni padang sanubarinya. Ia ingin cepat-cepat menemukan di mana sang bidadari cantik kesayangannya berada.
"Dan setahuku Qaydee Zax juga takkan melepaskanmu begitu saja, Max… Kau harus punya persiapan dan langkah-langkah pencegahan yang matang seandainya nanti Qaydee Zax itu bersikeras ingin tetap di sampingmu dan memilikimu…" kata Clark Campbell.
Max Julius mengangguk-nganggukkan kepalanya menerima ide dan saran dari Clark Campbell dan sang kekasih pujaan hatinya.
Ponsel Max Julius berdering. Ada seorang detektif sewaan lagi yang dimintanya untuk mencari keberadaan Junny Belle di kota-kota besar lain di Pulau Jawa, bukan hanya di kota Surabaya.
"Iya… Ada berita?" tanya Max Julius langsung ke inti permasalahannya. Dia terlihat begitu serius mendengarkan apa yang disampaikan oleh sang detektif sewaannya.
Detik demi detik berlalu. Sepertinya sang detektif sewaan yang kedua ini juga belum bisa memberikan kabar baik yang memuaskan dan menggembirakan.
"Okelah kalau begitu… Tetap cari dan kabari aku begitu kau mendapatkan informasi yang penting," kata Max Julius langsung memutuskan hubungan komunikasi. Dia meletakkan ponselnya dengan sedikit kesal di atas meja.
"Belum ada kabar juga?" tanya Aira Antlia lagi. Max Julius menggeleng lirih.
"Kau menyewa satu detektif lagi?" Clark Campbell sedikit membesarkan matanya.
"Yang satu kutugaskan untuk mencari di seantero kota Surabaya. Yang satunya lagi kutugaskan berkeliling di kota Jakarta, Bandung, dan Semarang… Mana tahu saja Junny Belle memilih untuk tidak tinggal di Surabaya dan memilih untuk tinggal saja di salah satu dari kota-kota besar di Pulau Jawa itu."
Clark Campbell hanya mengatupkan bibirnya setelah itu. Ia menghabiskan makan siangnya.
Menit demi menit berlalu. Max Julius juga menyelesaikan makan siangnya. Aira Antlia juga menyelesaikan makan minumnya beberapa menit setelahnya.
"Aku antar kau balik ke toko roti, Aira Sayang…" bisik Clark Campbell mesra. Aira Antlia hanya tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya.
"Aku ke kamar kecil dulu, Clark… Aku titip tasku ya…" kata Aira Antlia berdiri dan bergegas ke kamar mandi. Clark Campbell hanya mengikuti kepergian sang kekasih cantik jelitanya dengan sorot mata penuh cinta sembari menggigit bibir bawahnya.
"Kau benaran tergila-gila pada Aira Antlia, Clark…" kata Max Julius dengan sebersit senyuman skeptis.
"Sama dengan dirimu… Kita berdua ini sama…" kata Clark Campbell. "Lihat deh bagaimana raut wajah dan sinar matamu itu ketika kau sudah bertemu dengan Junny Belle."
"Oke deh… Aku mau balik ke The Pride dulu. Makan siang ini menjadi bagianku saja…" kata Max Julius langsung berdiri dari duduknya.
"Kau tidak bayar atau lupa bayar pun, si manajer restoran ini tak berani menagihnya padamu kurasa. Bos besar The Pride begitu loh…" desis Clark Campbell sedikit menyindir.
Max Julius hanya melambaikan tangannya seiring dengan langkah-langkahnya yang bergerak ke pintu depan kafe. Sejurus kemudian, dia sudah terlihat menghilang keluar kafe dan masuk ke dalam mobilnya.
Sementara itu, terlihat Aira Antlia yang berjalan keluar dari kamar mandi dan bergerak menuju meja di mana Clark Campbell sedang duduk menunggunya.