Chapter 3 - Chapter 3

Badai salju akan datang ketika malam tiba, sebelum makan malamku terganggu oleh badai maka aku dan Sanjit memasang sebuah pembatas tak terlihat. Meredam suara badai dan melindungi rumahku dari badai besar, karena hutan ini terkutuk tentu saja badainya akan lebih parah dari badai yang terjadi di Kota.

Bicara soal badai, aku teringat pada satu event. Kalau tidak salah saat Nara Se menceritakan pertemuannya dengan target female lead yang pertama dan kedua, pertemuan mereka diawali dengan badai besar,

"Setsu! Aku menemukan sesuatu yang menarik!"

Sanjit sialan, sedang enaknya bernostalgia dia malah memanggilku. Daripada dia semakin ribut,lebih baik aku kesana secepatnya. Tidak ada yang tahu hal unik apa lagi yang akan dia temukan.

"Lihat… Manusia"

"Kau juga manusia bodoh"

2 manusia, satu anak muda dan satunya adalah wanita yang sedang mengandung. Keduanya memiliki rambut pirang yang indah, sangat jarang ada yang seindah ini ditemukan di tengah hutan yang terkutuk. Tapi, kenapa rasanya tidak asing…

"Sanjit, coba lepas tudung wanita itu"

"Oke~"

Sanjit menarik tudung itu pelan agar tidak membangunkan wanita itu, mataku sedikit terbuka begitu melihat kilauan rambut itu. Mulutku membentuk sebuah seringaian, baru saja aku bernostalgia dan sudah terjadi di depanku sekarang.

"Bawa mereka ke rumah, badai akan datang"

"Eh ?!"

"Apa? Kenapa kau kaget?"

"Setsu…Bukannya kau tidak tertarik dengan makhluk hidup?"

Mataku kembali tertutup dan aku melihat ke arah lain, dia benar, jika aku adalah Setsu yang Sanjit kenal pasti aku akan membiarkan wanita dan anak itu mati kedinginan tapi aku bukan Setsu yang Sanjit kenal. Karena itu, aku tidak akan membiarkan wanita atau anak yang ada didalam kandungannya itu mati. Kehidupan baru tidak boleh disia – siakan.

"Sekarang aku tertarik jadi cepat bawa masuk mereka"

"…."

"Apa yang kau tunggu?"

"Kau tidak berpikir menjadikan mereka bahan eksperime—AWW! Haruskah kau memukulku?!"

"Haruskah aku meninggalkanmu disini bersama kedua manusia itu? Silahkan"

Mana mungkin Sanjit akan meninggalkan dua manusia ini. Berbeda dengan Nara Se, Sanjit sangat tertarik dengan kehidupan di sekitarnya. Ia tidak segan membawa anak orang ke rumah Nara Se dengan alasan dia menarik, itu kelebihan dan kekurangannya tapi untuk sekarang mari kita anggap sebagai kelebihannya.

Tidak menjawab pertanyaanku akhirnya Sanjit menggendong keduanya, entah bagaimana caranya aku sendiri tidak bisa menjelaskan karena mana mungkin ia membawa seorang wanita mengandung seperti membawa karung gandum. Aku juga tidak begitu peduli, asalkan keduanya selamat maka rencana pertamaku kemungkinan akan berjalan lancar.

Aku membukakan pintu rumah agar Sanjit bisa masuk terlebih dahulu, Sal dan Kyong yang menyambut kami di depan pintu menatap heran Sanjit yang membawa 2 manusia asing.

"Sal, Kyong. Siapkan kamar untuk kedua tamu kita dan juga siapkan air hangat dan masak sup yang hangat juga karena badai hari ini akan lebih kencang dari biasanya"

"Ba-Baik!"

Tidak seperti Sanjit, Sal dan Kyong langsung melakukan apa yang kuperintahkan tanpa bertanya. Aku yakin mereka juga sama penasarannya tapi rasa penasaran itu akan kujawab nanti, untuk sekarang aku harus fokus pada dua manusia ini. Sementara Sanjit membawa kedua manusia itu ke ke kamar yang sudah disiapkan Sal dan Kyong, aku berjalan menuju ruangan dimana aku biasanya melakukan eksperimen.

Aku merobek kertas kutukan yang menempel di pintu, kertas ini ditempel oleh Sanjit agar tidak ada yang masuk tapi aku sudah tahu semua sihir dan segel milik Sanjit jadi kertas ini bukanlah apa – apa untukku. Begitu semua segel sudah dirobek, aku memutar gagang pintu dan membukanya. Bau obat – obatan menyambut penciumanku, alat – alat eksperimenku masih tertata rapih dan tidak ada bekas ledakan sama sekali.

Nah sekarang, dimana aku menyimpat obat untuk memulihkan suhu tubuh manusia. Memori pemilik tubuh sebelumnya masih tersimpan di kepalaku, jika memorinya tidak salah obat itu berada di rak ketiga barisan kedua. Ada sebuah toples berisi serbuk berwarna keunguan, serbuk ini terbuat dari bunga yang tumbuh di musim gugur saja jadi bisa dibilang serbuk ini adalah barang langka. Kalau di Kota.

Di hutan terkutuk ini, bunga yang hanya tumbuh di satu musim anehnya bisa tumbuh di musim berbeda. Karena itu serbuk seperti ini tidaklah langka untukku ...Atau Nara Se, sumbernya mungkin masih tumbuh bila tidak rusak karena badai. Aku masukkan toples kecil itu kedalam saku jaketku lalu berlari kecil keluar dari ruangan eksperimen menuju kamar dimana wanita dan anak muda itu tertidur, aku masih punya waktu jadi tidak perlu panik.

Pintu kamar terbuka lebar dan terlihat Sanjit sedang menghangatkan ruangan dengan batu sihir yang ditaruh di dalam tungku bercerobong, baunya membuatku sedikit terbatuk. Sanjit yang menyadari keberadaanku langsung menghampiriku.

"Kau sudah menemukan obatnya?"

"Ya, apa kau bisa membuat mereka minum obat ini?"

Sanjit mengangguk cepat "Aku sudah meminta Sal untuk membawa air hangat dan sendok teh untuk berjaga – jaga" Senyum kecil terbentuk di mulutku, sudah kuduga dia pasti sudah menyiapkan alat yang dibutuhkan untuk membuat obatku bekerja dengan baik.

Aku menyerahkan toples itu pada Sanjit dan pria itu langsung menerimanya kemudian berjalan menuju meja kecil yang berada di sebelah kasur, tak perlu kuberitahu dosisnya pasti dia sudah tahu. Hal yang tidak kumengerti dari Sanjit adalah kebiasaannya mengobservasi apa yang kulakukan di ruang eksperimen, mungkin di sisi baiknya dia jadi tahu seluruh obat yang kubuat tapi di sisi buruknya dia suka mencuri obat yang kubuat.

Setelah menyerahkan toples itu, aku hanya duduk menonton Sanjit yang sedang berusaha membuat wanita itu minum air yang sudah diberi obat. Sesekali wanita itu terbatuk tapi ia tetap meminumnya, dengan cepat warna pucat itu menghilang dan warna kulit manusia pada umumnya terlihat jelas. Diluar dugaan, obat itu bereaksi dengan sangat cepat tapi aku tidak tahu efek samping apa yang akan diterima wanita itu.

Obat itu juga bekerja cepat pada anak dari wanita itu, sepertinya aku harus memetik bunga itu lebih banyak. Jika efek sampingnya tidak berbahaya, mungkin aku bisa menjualnya ke Kota.

"Berapa lama obatnya akan bekerja?" Sepertinya Sanjit sudah selesai memberi penanganan pertama pada kedua manusia itu.

"Sekarang sudah bekerja, harusnya dalam beberapa saat mereka akan sadar"

Dia menatap lurus padaku, dari wajahnya sudah terlihat jelas kalau ia punya pertanyaan "Apa yang ingin kau tahu?" Tanyaku menjawab rasa penasaran Sanjit.

"Kenapa sekarang kau tertarik? Apa kau…" Sanjit terlihat enggan melanjutkan pertanyaannya "Apa kau sudah bisa menerima kepergian mereka?"

Mereka? Ah~ Aku mengerti apa yang Sanjit maksud. Ini berhubungan dengan masa lalu Nara Se, masa lalu yang membuatnya tidak memiliki ketertarikan pada makhluk hidup dan memilih hidup di hutan terkutuk ini. Bagaimana aku menjawabnya? Aslinya Nara Se sama sekali tidak bisa menerima kepergian 2 orang terkasihnya tapi yang sekarang berada disini adalah aku dan demi kelancaran event aku harus menjawab pertanyaan ini.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu… Mungkin saja aku sudah menerimanya tapi luka itu tetap tidak akan hilang"

"Luka huh … "

"Ngh…"

Oh? Sepertinya male lead sudah sadar.