Usai sarapan yang sangat nikmat itu, Raymond dan Kaliya melanjutkan perjalanan mereka.
Raymond telah membereskan tendanya dan memasukkannya ke dalam kantung ajaibnya. Ia pun memasukkan tasnya ke dalam sana supaya ia tidak perlu repot-repot menggendongnya.
Kaliya tampak ceria. Wajahnya terus menerus tersenyum setiap kali melihat Raymond. Hal itu membuat Raymond jadi sedikit risih melihatnya.
Sungguh, jika ia punya pilihan lain, ia tidak mau pergi berpetualang dengan wanita itu. Raymond masih merindukan Kahori.
Perasaannya pada Kahori telah tandas di akhir hidup Kahori. Namun kini, jika melihat Kaliya, tak salah jika dirinya membanding-bandingkan Kaliya dengan Kahori.
Semakin lama, mereka semakin menjauh dari air terjun dan memasuki hutan yang lebat hingga cahaya matahari pun tampak samar-samar tertutup dedaunan.
Udara di dalam hutan ini amat sejuk dan segar. Raymond menarik napas banyak-banyak untuk menikmati oksigen yang memenuhi paru-parunya.