"Rabyon, aku sangat merindukanmu," ujar Teba dengan tulus.
Rabyon menangis tersedu-sedu di dadanya. "Teba, kamu jahat. Aku marah padamu!" Ia memukul-mukul dada Teba, tapi Teba mengusap-usap punggungnya dengan lembut.
"Maafkan aku, Rabyon. Harus berapa kali lagi kukatakan bahwa aku menyesal?"
Akhirnya, Rabyon memeluk pinggangnya sambil terisak. "Aku selalu merindukanmu setiap malam, Teba. Tak pernah satu hari pun aku melupakanmu."
Teba merasa seperti ada sebuah tangan besi yang meremas-remas dadanya. Perasaan hangat menyelimuti hatinya. Ia sungguh merasa tidak layak untuk menerima kebaikan Rabyon.
Namun, ia tidak akan menahan lagi perasaannya pada Rabyon. Teba harus menyatakan cintanya pada Rabyon sebelum ia melaksanakan misinya.
Teba melepaskan pelukannya dan kemudian merengkuh dagu Rabyon. Ia memiringkan wajahnya untuk mencium bibir Rabyon.