Akhirnya, air menjadi semakin tenang. Tubuh Doru terdorong dan terdampar di sebuah daratan. Ia terbatuk-batuk sambil mengusap-usap tangan dan kakinya yang memar.
Ia beristirahat sejenak dan kemudian membuat api unggun untuk menghangatkan dirinya. Lalu ia mendirikan tenda.
Malam itu Doru tertidur dalam keadaan pikiran yang masih teringat pada Pleka dan Sagoti. Ia kehilangan teman-temannya untuk selamanya. Hal yang terburuk adalah karena ia telah membunuh Pleka, sahabatnya sendiri.
Perlahan, air mata pun turun, membasahi pipi Doru. Ia benar-benar sedih dan merasa sendirian di negeri yang penuh dengan monster ini. Ia merasa jika hidup ini tidak adil.
Mengapa hanya ia sendiri yang bertahan? keluh Doru dalam hatinya. Ia ingin berteriak, tapi tubuhnya terlalu lemas.
Akhirnya, setelah beberapa lama berselang, Doru pun tertidur karena kelelahan.