Chereads / Baron, The Greatest Animagus (Indonesia) / Chapter 30 - 30. Menjalani Takdir

Chapter 30 - 30. Menjalani Takdir

Setelah pesta tadi malam, Baron pergi ke istana untuk mengukur jasnya untuk pernikahan. Sang penjahit profesional dengan asistennya segera menjahit jasnya. Dengan beberapa trik sulap, mereka bisa menyelesaikan jasnya malam ini juga sehingga besok ia bisa menggunakannya untuk pernikahannya.

Baron tidak bisa membayangkan bagaimana pernikahannya nanti. Ia hanya bisa pasrah tentang semua hal dan berharap yang terbaik untuk pernikahannya. Ayahnya bisa tersenyum dari surga sambil melihat putranya menikah dengan putri kerajaan Emporion Land.

Bukankah itu yang menjadi keinginan ayahnya selama ini? Melihatnya menikah dengan sang putri kerajaan? Seandainya ayahnya masih hidup, ingin sekali Baron memberitahunya jika hatinya sudah mencintai wanita lain dan wanita itu adalah seorang manusia.

Apakah ayahnya akan mendengarkannya dan mengerti perasaannya?

Baron mendesah. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menjalani pernikahan ini. Semoga saja para dewa menolongnya dan melindunginya dari serangan Neyan di kemudian hari jika sampai wanita itu marah.

Pernikahan Baron dan Neyan akan diadakan di taman utama istana. Baron baru saja selesai dari ruang jahit dan kini ia sedang berjalan di sekitar taman.

Baron melihat para pelayan yang sedang menghiasi taman dengan bunga-bunga indah dan membangun gerbang indah yang terbuat dari ranting kayu kering.

Ranting-ranting itu diikat satu sama lain dengan lem ajaib dan dihiasi dengan bunga dan daun berwarna-warni. Jika ini bukan pernikahannya sendiri, Baron pasti akan ikut membantu untuk memasang bunga-bunga indah itu.

Namun, para pelayan kerajaan tidak akan membiarkan seorang calon menantu kerajaan untuk ikut campur dalam hal itu. Padahal Baron senang sekali merangkai bunga-bunga dan menghias sesuatu.

Taman istana itu tampak begitu indah dan mewah. Baron tak percaya jika semua itu mereka lakukan untuk hari pernikahannya sendiri.

Sementara itu, Majer sibuk menyiapkan bahan makanan ke istana, menggantikan pekerjaan Baron. Ia mempercayai Majer untuk mengatur semuanya dengan baik.

Selama ini, Majer memang sering membantunya untuk urusan pengiriman bahan makanan ke istana. Jadi, wanita itu sudah tahu apa yang harus ia lakukan.

Raja membuat undangan terbuka untuk semua animagus agar mereka dapat berpartisipasi dalam merayakan pernikahan Baron dan Neyan. Besok akan menjadi hari yang sangat besar dalam sejarah selama seratus tahun terakhir.

Baron ingin bersembunyi dari semua ini, tapi ia tidak bisa. Ia harus menguatkan hatinya untuk menghadapi semua ini. Pernikahannya dengan Neyan akan menjadi hari bersejarah dalam satu waktu hidupnya.

Pesta pernikahannya hanya akan memakan waktu beberapa jam saja. Setelah itu, Baron harus menjalani hidupnya sebagai suami Neyan selamanya.

Tiba-tiba, seseorang menyentuh bahunya. Baron membalikkan tubuhnya dan terkejut saat melihat Neyan tersenyum padanya. Wanita itu terlihat sangat cantik mengenakan gaun putih. Tubuhnya bersinar seperti kunang-kunang.

"Salam hormat kepada Sang Putri," kata Baron sambil menundukkan kepalanya.

Neyan memegang tangan Baron dengan lembut. "Terima kasih, Baron."

Baron menautkan alisnya dan kemudian mendongak. "Untuk apa? Kamu tidak perlu berterima kasih padaku."

"Aku bahagia karena kamu akan menjadi suamiku besok. Aku berjanji bahwa aku akan mencintaimu selamanya seperti sepasang burung yang selalu bersama."

"Aku bukan burung," ucap Baron sambil menggelengkan kepalanya.

Neyan terkekeh. "Kamu sangat lucu. Itu hanya ekspresi perasaanku saja. Kamu tidak perlu terlalu serius menanggapinya."

Baron menegakkan tubuhnya dan berkata, "Aku pikir, kita seharusnya tidak boleh bertemu satu sama lain sampai pernikahan itu tiba."

"Ah, kamu benar. Uhm … aku hanya merindukanmu. Tiba-tiba, aku melihatmu ada di sini. Untuk itu, tanpa berpikir panjang, aku langsung datang ke sini untuk bertemu denganmu."

"Kamu harus kembali ke istana sebelum seseorang melihatmu," ujar Baron sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

Neyan mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa besok."

Neyan berdiri sambil berjinjit dan mencium pipi Baron.

***

Pagi itu Baron bangun tidur dengan keadaan kepala yang limbung. Ia terbangun karena suara derap kaki Marlor, si animagus rusa yang pagi-pagi sudah membuat keributan di dekat rumahnya.

Baron duduk di kasurnya dan kemudian memaksakan dirinya untuk berdiri. Ia mengintip di jendela kamarnya dan melihat Marlor telah pergi menjauh menuju ke dalam hutan.

Ia kemudian pergi ke dapur untuk membuat teh Caraura. Syukurlah, beberapa pelayan istana datang semalam untuk membersihkan sisa-sisa pesta.

Jika para pelayan itu tidak datang, maka Baron tidak ada waktu untuk membereskan semua kekacauan semalam. Demi para dewa, ia akan menikah hari ini.

Baron menyeruput tehnya yang masih panas dan kemudian terkejut menyadari bahwa hari ini adalah hari pernikahannya. Sungguh luar biasa.

Hari ini tampak sama saja seperti hari-hari sebelumnya. Langit masih bersinar cerah dan ia masih bisa mendengar suara kicauan burung dari kejauhan. Dan tentu saja, derap kaki Marlor yang bersemangat akan selalu menjadi kebiasaan hutan Emporion di pagi hari.

Jika Baron menikah dan meninggalkan rumah ini, ia pasti akan merindukan semua suara-suara ini. Namun, apa boleh buat. Sebagai seorang pria sejati, ia harus menjalani takdirnya.

Buru-buru, Baron menghabiskan minumannya dan mengunyah roti secepat ia bisa. Selesai makan, lalu Baron mandi asal-asalan. Ia mengenakan pakaian terbaiknya, meski nanti saat di istana, ia akan berganti lagi dengan pakaian resmi.

Seseorang mengetuk pintu rumahnya dan Baron telah selesai berpakaian. Ia membuka pintu dan melihat Majer berdiri di sana.

"Apa kamu sudah siap? Ayo, biar aku antar kamu ke istana."

"Baiklah, tunggu sebentar," kata Baron.

Ia masuk ke dalam rumahnya dan mengambil kantung ajaib berisi pedang milik ayahnya dan beberapa perlengkapan. Ia memasukkan kantung ajaib itu ke saku celananya.

"Kamu tidak perlu membawanya," ujar Majer. "Apa kamu mau pergi lagi ke dunia manusia?"

"Aku tidak tahu. Ini hanya untuk berjaga-jaga. Aku merasa tenang jika aku membawa pedang ini."

"Sebenarnya ada banyak penjaga yang akan melindungimu. Kamu kan pengantin istana hari ini. Tidak mungkin ada orang lain yang dapat menyentuhmu." Majer menggelengkan kepalanya. Ia merasa tidak percaya jika Baron memiliki pemikiran seperti itu.

"Aku bukan berlindung dari serangan orang lain, tapi aku harus menjaga diriku dari serangan Neyan."

"Ah." Majer mengangguk paham. "Baiklah. Aku yakin kalau kamu akan baik-baik saja. Semoga saja Putri Neyan tidak akan menyerangmu hari ini. Namun, aku tidak dapat menolongmu jika dia menyerangmu nanti malam. Segala sesuatu bisa saja terjadi di luar kendali."

Majer terkekeh dan Baron mendorong bahunya pelan. "Ayo kita pergi sekarang."

"Oke. Ayo kita pergi."

Baron melompat ke udara dan berubah menjadi seekor labrador. Majer mengikuti di sebelahnya dan berubah menjadi seekor harimau. Baron berlari dengan sangat cepat.

Ia memandang langit pagi hari yang cerah. Matahari bersinar cukup terik menghangatkan tubuh Baron. Mereka melewati padang bunga Mamesein lalu menghirup dalam-dalam untuk mendapatkan kekuatan lebih.

Mereka tiba di istana dalam waktu lima belas menit. Majer telah berubah bentuk menjadi manusia, sementara Baron masih nyaman menjadi seekor anjing. Ia berjalan perlahan ketika seorang penjaga menahan mereka.