Setelah Neyan menciumnya, Baron jadi merasa tidak nyaman. Selama seratus dua puluh tahun hidupnya, ia tidak pernah mencium gadis mana pun juga. Jika bukan karena Neyan, ia mungkin sudah marah.
Hari itu, Baron baru saja selesai mengirimkan bahan makanan ke istana. Ia senang dengan pekerjaannya. Selama ini, Baron bersikeras tidak mau menjadi seperti ayahnya yang adalah seorang jendral petarung. Ia lebih baik menjadi seorang penyedia bahan makanan daripada harus mempertaruhkan nyawanya sendiri demi melindungi Emporion Land.
Menyediakan makanan juga adalah pekerjaan yang mulia. Jika tidak ada makanan, maka mereka semua akan kelaparan.
Meskipun begitu, Baron kerap kali belajar menggunakan pedang dan panah bersama Majer dan Loma. Hanya saja, ia tidak begitu terampil menggunakannya. Setidaknya, ia bisa bertahan ketika ia berhadapan dengan The Catcher.
Baron bergidik membayangkannya. Ia tidak ingin bertemu lagi dengan salah satu dari The Catcher itu. Nyawanya hampir saja terancam karena seloyang pizza.
Siang itu, Baron sedang beristirahat bersama Loma di pinggir taman di dalam istana. Loma adalah animagus kalajengking. Ia jarang sekali merubah bentuknya menjadi kalajengking karena ia akan tampak seperti monster mengerikan.
Loma termasuk animagus raksasa. Ia menjadi pimpinan pengawal kerajaan, seorang jendral yang menggantikan posisi ayahnya. Tubuhnya akan menjadi kalajengking sementara kepalanya masih berbentuk kepala manusia. Loma hanya akan berubah di saat-saat yang genting.
Baron menikmati buah-buahan segar yang diberi serbuk ajaib dari bunga Mamesein. Ia jadi merasa lebih kuat dan bersemangat setelah menyantap buah-buahan itu.
"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Loma.
Baron menoleh pada sahabatnya itu. "Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?"
Loma memicingkan matanya dengan tatapan yang tajam. "Kamu tidak dapat membodohiku. Aku sudah mendengar kabar tentang kamu dan Putri Neyan," ujar Loma sambil mengangkat alisnya.
"Kabar apa tepatnya?"
"Bahwa kamu dan Putri Neyan akan segera menikah," jawab Loma dengan wajah yang serius.
Baron terkejut sejenak dan kemudian ia tertawa. "Itu hanya sekedar rumor. Aku dan Neyan tidak saling mencintai. Mana mungkin aku menikah dengan adikku sendiri? Ini sama sekali tidak masuk akal, Loma."
Loma mengangguk perlahan kemudian berkata, "Mereka tidak pernah membahas tentang cinta. Putri Neyan selalu berkata pada dayang-dayangnya bahwa kamu adalah calon suaminya. Dia pernah memintaku untuk mengawalmu jika kamu tiba-tiba pergi dari ke dunia manusia."
Tawa Baron semakin keras kali ini. "Kamu mengawalku ke dunia manusia? Memangnya kamu tidak ada pekerjaan lain?"
Loma mendengus sambil menatap Baron dengan wajah masam. "Aku juga tidak sudi mengawalmu ke dunia manusia karena kamu sering kali banyak berulah."
"Hei, aku adalah anak yang baik dan tidak suka berulah," ujar Baron sambil terkekeh.
"Yang benar saja. Ya, tapi jika Putri Neyan memerintahkan hal itu, aku akan segera melakukannya. Sudah sepatutnya seorang pengawal mengikuti kata tuan putri," ucap Loma tegas, khas seorang pengawal kerajaan.
Baron menyerah. Ia tidak ingin berdebat tentang hal itu. Ia membayangkan jika ia bisa berjalan-jalan bersama Loma ke dunia manusia, pasti akan sangat menyenangkan. Mereka akan pergi ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi dan menikmati wisata kuliner di sana.
Namun, jika Loma menjaganya seperti bayi, ia mungkin tidak akan menyukai ide itu.
"Baron, aku penasaran, kenapa kamu tidak mencintai Putri Neyan? Bukankah dia adalah wanita yang sangat cantik dan baik hati?" tanya Loma. "Dia adalah sesosok putri kerajaan yang sempurna."
Baron mendesah. Ia tidak suka jika orang-orang mulai menjodohkannya dengan Neyan. Ya, memang Neyan adalah seorang putri yang sempurna, tapi Baron tidak mungkin jatuh cinta pada adiknya sendiri.
"Cinta tidak hanya tentang cantik dan baik hati saja, Loma. Aku dan Neyan tumbuh besar bersama. Aku hanya menganggapnya sebagai adik saja, tidak lebih dari itu," jawab Baron.
Seorang pelayan kerajaan berjalan tergesa-gesa dan berhenti di depan mereka. "Salam, Tuan Loma. Aku diberi perintah oleh Raja Valo untuk membawa Baron menghadap sang raja sekarang juga."
"Ada masalah apa?" tanya Baron.
"Aku tidak tahu. Silakan untuk mengikutiku," kata pelayan itu tegas.
"Baiklah."
Baron bangkit berdiri sambil menggigit apel besar-besar dan mengikuti pelayan istana itu. Loma mengangguk padanya untuk memberi semangat.
Istana tampak ramai. Serombongan pengawal berbaris rapi sambil berjalan dengan gerakan kaki yang seirama. Mereka mengenakan seragam yang sama dengan logo singa yang terdapat di bagian dada.
Para pelayan sibuk membawakan setumpuk pakaian bersih di tangan mereka. Pelayan yang lain membawa satu kendi besar berisi air wangi yang mengandung kelopak bunga Mamo Rose dan berbagai bunga lainnya yang Baron tidak ketahui namanya.
Air bunga wangi itu pasti untuk air mandi khusus sang putri kerajaan. Baron membayangkan pasti akan sangat menyenangkan jika menjadi anggota keluarga kerajaan. Semua orang sibuk mempersiapkan kebutuhannya, sementara ia hanya perlu diam saja menerima semua perlakuan khusus yang diberikan oleh para pelayan istana.
Istana Emporion Land sangat kuat, kokoh, dan dinding istananya dilengkapi dengan mantra pelindung untuk menghindari serangan dari The Catcher dan penyihir jahat.
Dari kejauhan Baron bisa melihat Kumar, sang penjaga portal sedang berdiri gagah sambil memegang pedang ajaib yang ia gunakan sebagai kunci untuk membuka tutup portal.
Hanya animagus landak saja yang diberi anugerah dan titah khusus dari raja untuk menjaga portal tersebut. Tidak ada yang berani macam-macam pada Kumar karena duri-duri di tubuhnya itu sangat tajam dan konon katanya sangat beracun. Hal itu membuatnya tangguh untuk menghadapi musuh jika sampai ada yang menyerangnya. Tugas dan tanggung jawabnya begitu besar.
Animagus itu tidak suka bergaul dengan animagus lain. Sehari-harinya, Kumar hanya menjaga portal dan tidak melakukan hal yang lain.
Setidaknya, Baron cukup berteman dengan Kumar sehingga mengizinkannya untuk pergi ke dunia manusia. Tampaknya, Kumar sedang diam. Meski begitu, matanya sedang mengawasi sekelilingnya.
Baron melihat lurus ke depan, mengikuti sang pelayan istana. Akhirnya, mereka memasuki aula utama. Sang pelayan membukakan pintu untuk Baron setelah para penjaga memberi mereka jalan. Kemudian pelayan itu undur diri.
Raja Valo sedang duduk di singgasananya sedangkan Ratu Inayba duduk di sebelahnya. Lalu ada seorang penasehat berdiri di samping raja. Dia adalah Blaker, sang animagus burung hantu. Mereka tampak sedang menunggu kedatangan Baron. Ia hampir yakin akan apa yang Raja Valo inginkan darinya.
Baron cepat-cepat menunduk dan memberi hormat sambil menaruh tangannya di dada. "Salam hormat kepada Raja dan Ratu."
"Berdirilah, Baron," perintah sang raja.
"Terima kasih, Yang Mulia," kata Baron sambil menegakkan tubuhnya.
"Kemari, mendekatlah kepadaku."
Baron berjalan perlahan menuju ke depan singgasana. Raja Valo adalah penguasa Emporion Land sekaligus ayah dari Neyan. Dia adalah animagus singa. Semua animagus tunduk padanya.